Saat melakukan komunikasi bersama orang lain, tentu ada kalanya kita menjadi pihak pendengar. Bukan tanpa sebab, pasalnya interaksi dengan sesama memang membutuhkan dua peran yang berbeda. Ada yang menyampaikan ide, ada pula yang mendengarkannya. Begitulah sejatinya salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan komunikasi yang tepat. Sayangnya, sering kali salah satu pihak justru membuat peran tersebut jadi melenceng dari tujuan awalnya.
Pendengar hendaknya menjadi pihak yang menampung setiap gagasan lawan bicaranya. Jika diberi kesempatan, maka ia berhak untuk membalas gagasan tersebut. Namun, bagi beberapa pihak menaruh perhatian pada hal yang diucapkan orang lain tidaklah bernilai apa pun bagi mereka. Sebaliknya, setiap hal yang didengarkan justru tidak terlebih dahulu diolah. Bahkan, di beberapa kesempatan, ada pula yang meneruskan berita yang diperolehnya kepada pihak yang bahkan tak berhak mendengarkannya. Ketahuilah, perbuatan tersebut sejatinya termasuk dalam ciri dari pendusta.
Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu, yang berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta ketika dia menyampaikan setiap apa yang dia dengarkan.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
Hadist di atas menjelaskan tentang karakteristik utama dari seorang pendusta. Ya, Rasulullah memperingatkan umatnya bahwa salah satu dari ciri khas mereka adalah yang merasa mudah menyampaikan segala hal yang didengarkan. Seorang pendusta bahkan tidak berupaya untuk terlebih dahulu mengolah informasi yang diterimanya. Hal ini membuat mereka untuk dapat dengan mudah menyampaikan setiap hal bahkan tanpa memikirkan perasaan yang mendengarnya.
Di kondisi yang serupa, hal-hal yang disampaikan oleh seorang pendusta juga dapat menjadi berita yang belum dapat dipastikan kebenarannya. Jika ini sudah terjadi, situasi tidak terkendali akibat berita hoax yang merajalela bisa saja dengan mudah merebak. Bahkan, mereka pun tidak merasa wajib untuk bertanggung jawab atas kekacauan yang dibuatnya. Begitulah sejatinya dampak yang mungkin terjadi dari kebiasaan buruk seorang pendusta.