Tumpukan Dosa Alasan Utama Tertutupnya Mata Hati

Hati sejatinya merupakan pusat dari seluruh aktifitas tubuh. Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan karunia besar ini pada kita semua. Tujuannya adalah agar kita mampu membedakan hal yang benar dan yang salah. Namun, ada kalanya fungsi tersebut tak lagi berguna dalam diri seseorang. Ia tak lagi mampu mengontrol emosi atau pun perbuatan yang dilakukannya. Kita sering kali berpandangan bahwa orang dengan situasi tersebut telah tertutup hatinya. Lantas, hal apa sejatinya yang dapat membuat hati seseorang menjadi tertutup?

Sebagaimana diriwayatkan dalam suatu hadist, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya orang mukmin itu apabila berbuat suatu dosa, maka hal itu merupakan noktah hitam pada hatinya. Tetapi jika dia bertobat dan kapok serta menyesali, maka tersepuhlah hatinya (menjadi bersih kembali). Tetapi apabila dosanya bertambah, maka bertambah pulalah noktah hitam itu hingga (lama-kelamaan) menutupi hatinya, yang demikian itulah yang dimaksudkan dengan istilah ar-ran di dalam firman-Nya, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi mereka.” (Al-Muthaffifin: 14) (HR. Tirmidzi)

Dari hadist di atas dapat kita ketahui bahwa tertutupnya hati adalah akibat dari dosa – dosa yang kita perbuat. Satu dosa yang kita lakukan dapat menimbulkan tanda hitam di hati kita. Begitu juga jika kita terus melakukannya, setiap satu dosa yang diperbuat akan menghasilkan satu tanda hitam lagi hingga akhirnya menumpuk. Tumpukan inilah yang akhirnya membuat hati seseorang menjadi tertutup. Ketika hal ini terjadi, kita akan sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Akibatnya, tidak ada lagi celah bagi seseorang untuk berubah. Hanya amarah yang semakin menggelora sehingga membuat sulit menerima hidayah. Hal ini terjadi lantaran setan telah berhasil menguasai diri kita. Inilah sekiranya di balik alasan mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala akhirnya mengunci mati hati kita. Kunci tersebut juga berlaku pada penglihatan mau pun pendengaran kita. Kondisi seperti ini kerap membuat seseorang sulit menerima masukan dan saran karena tidak lagi mampu memahaminya dengan benar.