Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sosok yang paling mulia di muka bumi ini. Kehadirannya adalah rahmat bagi alam semesta. Allah Subhanahu wa Ta’ala bahkan telah memastikan beliau menjadi penghuni Surga bahkan tanpa sedikit pun dosa. Namun demikian, segala keutamaan yang ada pada dirinya tidak serta merta membuat beliau merasa paling benar dan paling berhak atas rejeki dari Allah.
Sebaliknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pribadi yang paling sering memohon ampun tanpa mengharap kepemilikan harta yang berlimpah ruah. Hal tersebut dapat diketahui melalui doa dan harapan yang beliau utarakan setiap harinya pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Doa Rasulullah begitu sederhana tanpa ada sedikitpun unsur kemewahan atau pun kemegahan dalam hidupnya.
Sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa,
“Ya Allah, jadikan rezeki keluarga Muhammad berupa makanan yang secukupnya” (HR. Muslim, no. 1055)
Hadist di atas adalah doa yang setiap hari diutarakan Rasulullah kepada Allah Ta’ala. Dalam doa tersebut beliau hanya meminta rejeki berupa makanan yang cukup. Taka ada tambahan harapan seperti harta yang berlimpah, jabatan yang tinggi, hingga penghormatan dari umatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam benar-benar membatasi harapannya pada Allah seputar pemenuhan kebutuhan pokok saja.
Pada kenyataannya, beliau berhak meminta apapun pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan, kemuliaannya sudah pasti memengaruhi doa yang diharapkannya. Tepat sekali, Allah sudah pasti akan mengabulkan setiap hal yang beliau harapkan. Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memanfaatkannya dengan cara yang berlebihan. Bukan tanpa alasan, pasalnya kecukupan rejeki adalah gambaran betapa berkahnya hidup ini.
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa bangun di pagi hari dalam keadaan merasakan aman pada dirinya, sehat badannya, dan ia memiliki makanan untuk hari itu, maka seolah-olah seluruhnya dunia dikuasakan kepadanya” (HR. Tirmidzi no.2346)
Hadist di atas menjelaskan tentang makna dari rejeki yang sebenarnya. Rasulullah kepada umatnya berpesan bahwa rejeki bukanlah segala hal berbentuk kemewahan. Sebaliknya, rejeki adalah perkara sederhana yang memastikan diri kita terjamin atas keselamatan, kesehatan, dan juga kecukupan kebutuhan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan bahwa siapa saja yang merasa terjamin atas ketiga hal tersebut sama artinya dengan memiliki kuasa atas seluruh dunia.
Lihatlah, betapa sejatinya rasa syukur itu perlu kita wujudkan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan tanpa alasan, pasalnya tidak semua orang yang bahkan memiliki harta juga terjamin keselamatan, kesehatan, serta kebutuhannya. Sementara, bagi kita yang mampu mendapatkan ketiganya tentu harus lebih bersyukur kepada Allah. Begitulah sejatinya pandangan rejeki di mata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kesederhanaan dirinya justru merupakan cerminan dari kekayaan hatinya.