Memperkaya perbuatan amal sering kali menjadi hal yang dianjurkan bagi umat Islam. Bukan tanpa sebab, pasalnya amal perbuatan kita di dunia akan diperhitungkan kelak di akhirat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di saat yang sama, Allah akan mengganjar pahala untuk setiap amal baik yang dilakukan hamba-Nya. Sebaliknya, Allah akan meminta tanggung jawab kita terhadap segala hal yang kita sia-siakan saat masih berada di dunia.
Maka dari itu, hendaknya kita harus mampu menjaga nilai dari setiap hal yang kita lakukan. Penyertaan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap segala hal yang kita lakukan ini sejatinya dianggap sebagai sebaik-baiknya amal. Dari Abu Dzar ia berkata, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sebaik-baik amal adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Abu Dawud no. 3983)
Hadist di atas menjelaskan tentang amal terbaik yang bisa dilakukan oleh umat Islam. Menurut Rasulullah, hal tersebut adalah saat kita mencintai sekaligus membenci sesuatu karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasa cinta dan benci sejatinya dapat timbul akibat beragam hal. Manusia, keadaan, bahkan diri sendiri pun mampu menghidupkan perasaan tersebut. Namun, kecintaan dan kebencian yang dianjurkan adalah yang timbul karena Allah.
Bukan tanpa alasan, pasalnya keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hati kita tidak akan pernah membuat arah hidup kita menjadi salah. Maka dari itu, segala macam perasaan yang timbul atas dasar keyakinan pada Allah inilah, baik cinta atau benci dinilai sebagai sebaik-baiknya amal yang bisa kita lakukan. Tentu, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengganjar pahala terbaik bagi mereka yang mampu mengedepankan keberadaan Allah di segala keadaan.