Hadirnya sifat buruk dan kejahatan antar sesama akhir-akhir ini menjadi perkara yang sering kali terjadi. Perilaku saling cemeeh yang berujung pada pertikaian juga dianggap sebagai hal yang lumrah. Pada kenyataannya, umat manusia terutama kaum Muslimin dianjurkan untuk dapat saling menjaga satu sama lain. Namun, di dunia dengan teknologi yang semakin berkembang ini, menyakiti sesama justru telah menjadi perkara yang dianggap biasa.
Sejatinya, ada alasan yang melatar-belakangi hal tersebut. Akhlak yang tidak terjaga dan juga merebaknya kejahatan di mana-mana merupakan hasil dari ketidakmapuan umat manusia dalam memahami keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Andai saja kita semua menyadari batapa Allah Maha Melihat, tentu tidak ada satu pun di antara kita yang mampu berniat buruk. Bukan tanpa alasan, pasalnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tak pernah berhenti mengawasi seluruh umat manusia.
Sebagaimana dalam al-Qur’an, Allah berfirman,
“Sesungguhnya Allah itu selalu menjaga dan mengawasi kalian”. (QS.An Nisa [4]:1)
Kenyataan di atas tentu saja seharusnya mampu menjadi alasan yang kuat bagi kita untuk selalu merasa diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan tanpa sebab, pasalnya perasaan tersebut mampu membantu kita untuk dapat menumbuhkan sikap waspada terhadap penjagaan Allah. Hal ini sejatinya dapat memungkinkan kita untuk selalu menaati perintah sekaligus menjauhi larangan-Nya. Adanya perasaan tersebut yang timbul dalam hati manusia disebut pula dengan muraqabah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suatu hadist pernah bersabda,
“Hendaknya engkau menyembah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, dan jikalau engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia itu melihat engkau”. (HR. Muslim, Turmudzi, Abu Daud dan Nasai)
Rasulullah pun telah menganjurkan umatnya untuk dapat senantiasa memelihara sifat muraqabah. Muraqabah adalah alasan mengapa seseorang dapat membangun ketakwaan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Perasaan selalu diawasi ini juga dapat membantu umat Islam terselamatkan dari berbagai keburukan dan kemaksiatan. Dengan meyakini bahwa Allah Maha Melihat memungkinkan kita untuk tidak dengan mudah melakukan hal-hal negatif. Bahkan, niat buruk yang mungkin sempat terselubung dalam hati pun dapat dikendalikan.