Qiyamul lail merupakan salah satu amalan yang cukup sering dianjurkan bagi umat Islam. Bukan tanpa sebab, pasalnya qiyamul lail atau yang kita kenal juga dengan istilah sholat malam adalah ibadah yang memungkinkan bagi kita untuk dapat merasakan kedekatan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak hanya itu, Allah pun telah berjanji akan mengabulkan segala hajat hamba-Nya yang telah rela meluangkan waktu istirahat mereka untuk bermunajat kepada-Nya.
Meski pun demikian, sejatinya masih banyak kaum Muslimin dan Muslimat yang ragu akan tata cara pelaksanaan qiyamul lail. Terutama saat akan melaksanakan sholat witir sebagai penutup ibadah malam, anjuran untuk tidur terlebih dahulu masih keliru. Lantas, bagaimana seharusnya tata cara yang kita lakukan terkait sholat witir? Mari mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah dalam shalat malam Ramadhan atau lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat, jangan tanyakan tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat empat rakaat, jangan tanyakan tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat tiga rakaat.” ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Saya bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum shalat witir.’” Beliau menjawab,
“Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, tetapi hatiku tidak.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1147 dan Muslim, no. 738]
Hadist di atas menjelaskan tentang tata cara pelaksanaan sholat witir sesuai dengan yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dapat kita ketahui bahwasanya secara fisik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur terlebih dahulu sebelum melaksanakan sholat witir. Namun, beliay tidak pernah benar-benar tertidur pulas karena hatinya tetap berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidur yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bertujuan untuk mengistirahatkan tubuhnya saja sebelum kembali beribadah kepada Allah.
Bukan tanpa sebab, pasalnya beliau memahami dengan baik betapa sholat witir di akhir waktu amat dianjurkan. Ya, waktu sepertiga malam adalah waktu emas bagi dirinya untuk senantiasa bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tak hanya dapat dengan bebas mendekatkan diri kepada Allah saja, sepertiga malam juga waktu utama untuk memohonkan segala hajat kita pada Allah. Di waktu ini, Allah Ta’ala sendiri yang akan mendengar keluh kesah dan juga harapan hamba-Nya. Maka, sangat malu bagi Allah jika Dia tidak mengabulkan harapan hamba-Nya tersebut.