Melakukan satu atau pun sederet amal kebajikan sering kali membuat kita merasa telah sempurna sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sungguh, jika hal tersebut terjadi sejatinya terdapat kesombongan dalam hati kita. Pada kenyataannya, Allah memerintahkan kaum Muslimin memperbanyak amal semata-mata hanya untuk mengharap ridha dari-Nya saja.
Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk dapat menjadi pihak pertama yang lebih dahulu memperhitungkan perbuatan sendiri apakah telah sesuai dengan syariat agama atau justru sebaliknya. Tak hanya itu, kita juga berkewajiban untuk dapat selalu memastikan bahwa diri ini mengerjakan perkara yang hanya mendatangkan manfaat saja. Hal ini setara dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam al-Qur’an yang berbunyi sebagai berikut,
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Hasyr: 18)
Melalui ayat di atas, Allah memerintahkan kaum Muslimin untuk senantiasa memperhatikan setiap hal yang dikerjakannya. Ya, hendaknya kita secara rutin memperhitungkan setiap perbuatan yang dilakukan. Tujuannya adalah agar segala hal yang kita kerjakan di dunia tidak sia-sia dan dapat menjadi bekal menuju akhirat kelak. Sejatinya, kehidupan yang kekal adalah kehidupan setelah seluruh umat mati dan bangkit kembali.
Maka dari itu, agar kehidupan akhirat kita kelak dapat berjalan sesuai dengan harapan hendaknya kita harus mampu memelihara diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Usaha atau langkah ini sejatinya juga merupakan bagian dari tanda orang-orang yang beriman. Ketakwaan kepada Allah Ta’ala mendorong mereka untuk dapat selalu memastikan diri bertindak sesuai aturan dan hukum yang telah ditetapkan dalam al-Qur’an.