Memastikan Kehalalan Harta, Tanda Ketakwaan Hamba pada Rabb-nya

Harta sering kali menjadi hal yang mampu membutakan seseorang. Bagaimana tidak? Ketertarikan akan nikmat dunia tersebut bahkan lebih besar dibanding kesadaran kita dalam memahami mana harta yang baik dan mana yang buruk. Pada kenyataannya, umat Islam diwajibkan untuk dapat membedakan kedua hal tersebut. Sebagaimana diketahui dalam al-Qur’an bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat, agar kamu beruntung.” (QS. al-Maidah: 100)

Ayat di atas menjelaskan tentang percakapan Allah bersama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terkait perbedaan antara hal yang baik dan yang buruk. Allah Subhnahu wa Ta’ala menerangkan bahwa banyak orang yang tergoda pada harta haram mengingat cara memerolehnya yang dinilai lebih mudah dibanding dengan harta halal. Kekayaan hasil korupsi bisa jadi lebih menarik di mata banyak orang karena bisa didapatkan dengan cara yang singkat.

Sebaliknya, harta halal diperoleh dengan cara yang lebih sulit yakni melalui perjuangan dan kesabaran. Bahkan hasilnya pun belum tentu mampu memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga. Meski pun begitu, sejatinya terdapat keberkahan dalam harta yang diperoleh dengan cara susah payah. Mencari nafkah dengan jalan halal pun dianggap sebagai bagian dari perbuatan yang bernilai sedekah. Tiada hal yang lebih baik dibanding segala sesuatu yang halal.

Maka dari itu, hendaknya umat Islam harus mampu menahan diri dari segala perkara yang mendatangkan mudarat. Kemampuan ini sejatinya merupakan tanda bahwa kita termasuk dalam golongan orang-orang yang berakal sehat. Dengan akal yang sehat, kita mampu menjaga ketakwaan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentu saja, semua upaya ini akan mendekatkan diri kita pada keberuntungan. Inshaa Allah, semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung.