Berhubungan dengan banyak orang memang tak selalu mudah. Perbedaan latar belakang dan kebiasaan sering kali menjadi penyebab utama timbulnya perselisihan. Ada yang berkomunikasi dengan sopan, namun ada pula yang dilakukan secara blak-blakan. Sejatinya, hal tersebut wajar saja terjadi dewasa ini.
Namun, dalam beberapa kondisi kita juga perlu memastikan kenyamanan bagi sesama. Hal ini bahkan semakin utama ketika tengah berupaya menyampaikan saran. Ada aturan yang perlu kita perhatikan dengan benar. Sebagaimana dalam al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“..maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (QS. Taha: 44)
Ayat di atas menjelaskan tentang perintah Allah pada hamba-Nya tentang menjaga perasaan orang lain saat menyampaikan saran. Hal ini dapat disimpulkan melalui kisah Nabi Musa A.S. Beliau diperintahkan Allah Ta’ala untuk mengajak Fir’aun pada kebaikan. Allah mengutamakan sikap lemah lembut dalam melakukannya.
Meski Fir’aun dikenal sebagai sosok yang kejam, namun Allah Ta’ala tetap memerintahkan Nabi Musa A.S untuk berbicara dengan sopan. Hendaknya langkah ini dilakukan secara diam-diam bukan di hadapan banyak orang. Hal ini bermanfaat untuk menjaga perasaan penerima saran.
Bukan tanpa alasan, pasalnya kata-kata baik dapat membuka peluang bagi hati seseorang untuk menyambut dengan saran yang kita sampaikan. Sebaliknya, cara kasar dengan sindiran hanya akan membuat hati saudara Muslim kita marah. Mereka pun dapat menolak saran sehingga akan terus menjauhkan diri dari kebaikan.