Ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh umat Islam untuk dapat selalu mengingat sekaligus mendekatkan diri pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menunaikan ibadah dan juga memperkaya amalan sunnah adalah beberapa contoh dari cara tersebut. Namun, kadang kala begitu gencarnya gerakan kita untuk mencapai hal tersebut justru membuat kita sering kali melupakan kepedulian pada sesama.
Tidak jarang, hal ini pulalah yang sejatinya menjadikan kita khilaf terhadap setiap nikmat yang Allah beri. Alhasil, merasa telah melakukan hal atau pencapaian yang paling benar justru membuat kita meremehkan segala kebaikan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan. Terkait hal ini, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menganjurkan umatnya untuk dapat lebih sering memandang pada golongan dhuafa.
Sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya beliau pernah bersabda,
“Lihatlah orang yang ada di bawahmu dan jangan melihat orang yang ada di atasmu, sebab itu lebih baik agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah. “(HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)
Hadist di atas menjelaskan tentang kunci utama agar kita tidak meremehkan begitu saja segala macam nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berpesan agar kita dapat selalu memandang pada kehidupan kaum dhuafa. Mereka sejatinya adalah golongan yang lemah baik secara fisik mau pun finansial. Untuk sebagian orang, kesehatan yang diperoleh mungkin saja hal biasa.
Namun, bagi kaum dhuafa yang difabel hal tersebut merupakan nikmat yang luar biasa. Sama hal-nya dengan sebagian orang yang diamanahkan Allah rejeki berupa harta yang berlimpah. Bagi mereka bisa saja hal tersebut sangat wajar didapatkan mengingat kerja keras yang telah mereka lakukan. Namun, bagi kaum dhuafa yang kekurangan, uang receh pun terasa begitu amat berarti untuk dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan harian.
Begitulah Allah Ta’ala menggambarkan nasib setiap hamba-Nya. Ada yang kurang ada pula yang lebih. Keduanya seharusnya dapat menjalin kerja sama yang baik. Di dalam rejeki mereka yang berlebih ada hak bagi kaum dhuafa yang kekurangan. Sebaliknya, dalam kehidupan dhuafa ada kesempatan baik yang bisa kita lakukan untuk dapat selalu mensyukuri nikmat Allah. Inilah sejatinya keseimbangan hidup yang wajib dicapai oleh setiap umat Islam.