Harta terbaik sejatinya merupakan bentuk materi yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan diri. Kebaikan harta juga datang dari cara kita mencarinya. Bukan tanpa alasan, pasalnya keutamaan dari harta haruslah membawa keberkahan bagi pemiliknya. Namun, sejatinya bukanlah perkara yang mudah untuk mendapatkan keberkahan dari harta yang kita miliki. Bagaimana tidak? Harta menjadi salah satu ujian yang cukup besar bagi kebanyakan umat manusia. Ada yang menjadi lupa diri, tinggi hati, hingga tidak peduli pada sesama akibat kepemilikan harta yang berlimpah.
Umat Islam dianjurkan untuk tidak jatuh terlena pada harta dunia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sentiasa mengingatkan kita untuk dapat memastikan fungsi utama harta agar mampu membawa keberkahan bagi diri sendiri. Hal ini sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau lagi manis. Barangsiapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya (tidak tamak dan tidak mengemis), maka harta itu akan memberkahinya…” (Muslim no. 1035)
Hadist di atas menjelaskan tentang cara terbaik bagi umat Islam dalam mengelola harta. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan bahwa hendaknya kita harus mampu mengatur tujuan utama dari mencari harta. Ya, hendaknya umat Islam harus mengedepankan kedermawanan bagi dirinya sendiri. Sifat kedermawanan harus dibiasakan dengan tidak membiarkan ketamakan merajalela hati kita. Sifat tamak membuat kita senantiasa mencari, mengumpulkan, dan juga menumpuk-numpuk harta. Bahkan, ada beberapa orang yang begitu mencintai hartanya hingga enggan berbagi.
Tidak hanya itu, umat Islam juga dianjurkan untuk dapat mencari sendiri harta bagi dirinya. Kita dilarang meminta-minta atau memanfaatkan apa lagi merugikan orang lain dalam upaya mencari harta. Hal tersebut sejatinya hanya akan menjauhkan keberkahan pada harta yang kita miliki. Maka dari itu, umat Islam sangat wajib untuk dapat mensyukuri segala nikmat yang diterimanya. Rasa syukur merupakan sebuah pengakuan bahwa baik rejeki atau pun nikmat tidaklah akan datang kecuali dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini akan membuat kita merasa malu jika salah dalam memanfaatkan harta titipan Allah.