Kesalah-pahaman antar umat beragama sering kali menjadi alasan mengapa perdamaian dunia sulit didapatkan. Hal ini bahkan semakin diperparah dengan adanya fitnah yang bertebaran dimana-mana. Tuduh menuduh telah menjadi kebiasaan. Bahkan ada beberapa pihak yang dapat dengan mudan memercayai berita tentang kebohongan. Kondisi tersebut akhirnya mampu memunculkan permusuhan antar umat beragama.
Sejatinya, penyebab utama dari buruknya hubungan tersebut adalah kurangnya toleransi. Toleransi antar umat beragama sangat penting demi menunjang kehidupan yang aman dan damai. Sayangnya, upaya ini tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Setiap kita berkewajiban untuk dapat menerapkan toleransi antar umat beragama. Maka dari itu, guna mewujudkannya kita wajib menjadi yang pertama untuk membiasakan diri menerapkan toleransi antar umat beragama.
Hal tersebut sejatinya juga merupakan salah satu hal yang diperintahkan secara langsung oleh Allah Subhanahau wa Ta’ala. Sebagaimana dalam al-Qur’an, Allah berfirman,
“Katakanlah (Muhammad): ‘Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah, untukmu agamamu, dan untukku agamaku’.” (QS Al-Kafirun: 1-6)
Ayat di atas menjelaskan tentang perintah Allah pada hamba-Nya untuk dapat menerapkan toleransi antar umat beragama. Perintah ini disampaikan langsung pada Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam agar dapat diteruskan pada umat Islam. Upaya penerapannya dapat kita ketahui dari prinsip yang selalu ditegakkan oleh Rasulullah dalam berdakwah yakni ‘untukmu agamamu, dan untukku agamaku’. Dengan memegang prinsip ini, secara tidak langsung kita memiliki batasan untuk tidak dengan mudah mencampuri kepentingan agama lain.
Terkini, salah satu hal yang dapat kita lakukan guna mencapai upaya tersebut adalah membiasakan diri bersikap moderat. Moderat adalah sikap yang berada di pertengahan. Konsep ini memiliki makna untuk tidak secara berlebihan dalam beragama, namun juga tidak mudah menyepelekan syariatnya. Umat Islam harus berada di tengah-tengah. Kita dianjurkan untuk tidak terlalu keras dan memaksakan dalam menyebarluaskan ajaran agama Islam melalui dakwah.
Upaya ini diharapkan mampu menghindari kesalah-pahaman yang mungkin timbul antar umat beragama. Bahkan, fitnah yang bertebaran atas nama Islam dapat dengan perlahan dihapuskan. Tentu saja, hal ini tidak akan tercapai jika bukan kita sendiri yang berupaya melakukannya. Kaum Muslim wajib menampilkan jati diri Islam yang sebenarnya, yakni cinta damai dan anti kekerasan. Dengan cara inilah umat beragama lain mampu memahami Islam yang sebenernya dan mengerti bahwa fitnah yang bertebaran hanyalah ulah beberapa oknum semata.