Umat Islam dianjurkan untuk dapat memperbanyak amalan. Bukan tanpa alasan, pasalnya beberapa amalan diperkirakan dapat menghadirkan pahala yang luar biasa. Di antara banyak bentuk amalan yang dapat dilakukan, berdzikir dan berdoa menjadi perkara yang sangat dianjurkan pelaksanaannya. Kedua hal tersebut sejatinya tak sekedar cara utama bagi kita untuk memeroleh kebaikan semata tapi juga bentuk upaya untuk selalu mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Meski sejatinya seluruh ungkapan dzikir dan doa mampu mendatangkan kebaikan, namun sejatinya ada di antaranya yang terbilang sangat utama.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Dzikir yang paling utama adalah Laa ilaaha illallah (tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah). Dan doa yang paling utama adalah Alhamdulillah (segala puji bagi Allah). (HR. Sunan Ibnu Majah No. 3790)
Hadist di atas menjelaskan tentang dzikir dan doa yang terbilang utama di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya menyampaikan bahwa ungkapan Laa ilaaha illallah (tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah) merupakan bentuk dzikir yang paling utama di antara ungkapan dzikir lainnya. Bukan tanpa sebab, pasalnya kalimat Laa ilaaha illallah mencerminkan pengakuan kita bahwa Allah Maha Esa. Tidak hanya itu, kalimat dzikir tersebut juga menuntun kita untuk selalu meyakini bahwas tiada satu pun yang berhak disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sementara itu, doa yang utama menurut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Hamdalah. Ungkapan Alhamdulillah yang memiliki arti ‘segala puji bagi Allah’ tersebut sejatinya merupakan tanda bahwa kita mengakui kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan senantiasa membaca hamdalah juga mengandung makna bahwa kita mensyukuri setiap rejeki dan nikmat yang diturunkan Allah kepada kita. Itulah sejatinya doa yang terbilang utama di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tiada permohonan yang lebih bernilai bagi Allah kecuali pengakuan kita bahwa rejeki yang kita sejatinya merupakan titipan atau kebaikan Allah semata pada hamba-Nya.