Menjalani kehidupan sehari-hari dengan senantiasa menunaikan ibadah mungkin menjadi pilihan untuk sebagian orang. Tidak jarang mereka menghabiskan banyak waktu untuk bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ada yang tidak pernah absen melaksanakan qiyamul lail, ada juga yang senantiasa melengkapi puasa sunnah Senin dan Kamis. Namun, di balik seluruh amalan-amalan tersebut apakah kita sudah dapat termasuk ke dalam golongan hamba yang beruntung di mata Allah?
Sejatinya, tiada yang salah dengan seluruh upaya tadi. Hanya saja sepertinya upaya tersebut belum dapat melengkapi syarat bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengelompokkan kita pada golongan orang-orang yang beruntung. Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an, bahwasanya Allah berfirman,
“….Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. al-Hasyr: 9)
Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui ayat di atas menegaskan bahwa orang yang berhak masuk dalam golongan beruntung adalah mereka yang senantiasa berusaha melawan kerasnya hati dalam upaya menjadi pribadi yang mulia. Dalam pelaksanaannya mereka biasanya dapat mengendalikan diri untuk selalu mengikuti syariat agama Islam. Upaya tersebut dilakukan dengan berbagai cara terutama dengan menghilangkan rasa cinta terhadap harta sehingga terhindar dari sifat kikir dan mengutamakan diri sendiri.
Terkait hal ini, sedekah adalah tujuan dari berbagai upaya tersebut. Ya, sedekah menjadi salah satu sebab dari keberuntungan yang dimiliki seseorang. Dengan senantiasa bersedekah, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memilihara diri orang tersebut dari sifat kikir. Kekikiran adalah perkara yang amat membahayakan. Sifat kikir menghancurkan orang-orang terdahulu. Hal tersebut terjadi lantaran kekikiran kerap kali menimbulkan perselisihan. Perselisihan inilah yang akhirnya memporak porandakan kehidupan seseorang.