Keberuntungan merupakan rahmat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan pada hamba-Nya. Hal tersebut bisa didapatkan melalui beragam bentuk seperti keselamatan, rejeki, kesehatan, hingga kebahagiaan hati. Seluruh hal tersebut adalah perkara yang begitu berharga. Maka dari itu, kita dianjurkan untuk dapat memperbanyak syukur kepada Allah. Namun, rahmat Allah Ta’ala tentu saja tidak datang tiba-tiba. Akan ada selalu perantara di sekitar kita yang mengalirkannya.
Dari banyak perantara yang datang salah satunya tentu saja orang-orang terdekat kita. Kepada mereka pun, kita dianjurkan untuk mengucapkan terima kasih sebagai bentuk syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Siapa yang tidak pandai bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, berarti ia belum bersyukur kepada Allah.” (HR. Tirmidzi no. 1877)
Hadist di atas menjelaskan tentang makna syukur yang sebenarnya. Rasulullah berpesan pada umatnya bahwa sejatinya manusia tidak hanya cukup bersyukur pada Allah saja atas segala rahmat yang turun di kehidupannya. Umat Islam hendaknya juga harus berusaha memahami bahwa rahmat tersebut tidak akan pernah datang tanpa adanya perantara yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu, hendaknya kita harus dapat mewujudkan rasa syukur tersebut dengan senantiasa mengucapkan terima kasih pada pihak yang memberikan pertolongan.
Bukan tanpa alasan, pasalnya ungkapan syukur saja tak bermakna apa pun tanpa adanya pengakuan dari hati kita bahwa ada campur tangan orang lain yang mewakili pertolongan Allah. Kepada mereka kita dianjurkan untuk dapat merendahkan hati guna menyampaikan rasa terima kasih atas kebaikan yang telah dilakukan. Hal tersebut tentu saja menjadi alasan utama bagi Allah Ta’ala untuk dapat menerima bentuk syukur hamba-Nya pada rahmat yang diturunkannya. Begitulah sejatinya hal yang sebaiknya dilakukan umat Islam tatkala berbagai pertolongan dan kebaikan Allah datang dalam hidup kita.