Enggan Mengakui Kesalahan, Ini Kerugian yang Didapatkan Di Hari Kiamat

Salah paham merupakan hal wajar yang sering terjadi di antara umat manusia. Perbedaan keadaan dan juga beban kehidupan menjadi dua dari banyak alasan kemungkinan terjadinya kesalah-pahaman. Meski pun demikian, sejatinya manusia dianjurkan untuk dapat saling memaafkan. Bukan tanpa alasan, pasalnya ada kerugian yang bisa kita alami tatkala lupa menyadari kesalahan yang sempat diperbuat. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Barangsiapa pernah melakukan kezaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia minta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat). (Kelak) jika dia memiliki amal saleh, akan diambil darinya seukuran kezalimannya. Dan jika dia tidak mempunyai kebaikan (lagi), akan diambil dari keburukan saudara (yang dizalimi) kemudian dibebankan kepadanya.” (HR. Bukhari)

Rasulullah kepada umatnya menyampaikan bahwa merupakan keutamaan bagi kita untuk dapat menyadari kesalahan. Bahkan, meminta maaf pada orang yang telah tersakiti adalah hal yang sangat dianjurkan. Bukan tanpa sebab, pasalnya di hari Kiamat kelak segala hal akan diperhitungkan. Kesalahan dan keengganan meminta maaf dapat merugikan diri kita. Jika kita telah bersusah payah mencari pahala dari amal baik, maka kekhilafan kita dalam meminta maaf dapat mengurangi pahala dari amal saleh yang kita lakukan.

Sementara, jika kita tidak lagi memiliki kebaikan untuk diperhitungkan maka keburukan atau dosa dari orang yang kita sakiti akan menjadi tanggungan kita. Sungguh, begitu merugikannya bukan? Maka dari itu, sebagai umat Islam kita memang harus selalu mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hendaknya jika memang kita merasa telah menyakiti hati orang lain, jangan pernah menunda untuk meminta maaf. Hindari diri kita dari kemungkinan menjadi umat yang merugi akibat terlalu egois dan enggan mengakui kesalahan.