Keinginan untuk menjadi pribadi yang baik sering kali timbul dalam diri seseorang. Hal ini memungkinkan orang tersebut untuk memulai perjalanan baru dalam hidupnya. Tidak jarang, ketika mereka telah berhasil melakukannya keberkahan datang menghampiri kehidupannya. Kondisi ini kerap kali membuat kita menjadi lebih pandai bersyukur dan ingin menyampaikan kebaikan serupa pada orang lain.
Meski pun demikian, sejatinya hal tersebut bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan mengingat perbedaan kondisi dari berbagai orang. Namun, umat Islam dianjurkan untuk dapat tetap menebar kebaikan pada sesama apa pun kondisinya. Sebelum benar-benar menyampaikan kebaikan, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan. Berikut tips yang bisa dimanfaatkan agar menyampaikan kebaikan menemukan hasil yang maksimal:
Lakukan terlebih dahulu
Sebuah kebaikan atau amalan adalah salah satu cara bagi seseorang untuk bisa memeroleh pahala. Menyampaikannya dengan tujuan agar orang lain memeroleh pahala juga dapat mendatangkan pahala serupa. Meski pun demikian, menyampaikan kebaikan bukanlah perkara sederhana terlebih lagi kecanggihan teknologi mampu menguak masa lalu seseorang. Maka dari itu, hendaknya kita harus meyakinkan orang lain dengan diri kita sendiri dan pastikan bahwa kita melakukan amalan tersebut dan tak sekedar menyampaikan saja. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak kalia kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan.” (QS. Ash-Shaff: 2-3)
Memiliki dasar ilmu
Sebelum benar-benar menyampaikan kebaikan, hendaknya umat Islam harus membekali diri dengan ilmu. Dengan berilmu, kita akan memiliki dasar yang kuat atas suatu pemikiran. Bahkan, jika mungkin ada yang tertarik dan bertanya lebih lanjut kita mampu menjawab dengan santun dan sebenar-benarnya. Sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya beberapa tahun sebelum datangnya dajjal akan muncul para penipu, sehingga orang jujur didustakan dan orang dusta dibenarkan dan orang yang dipercaya dikhianati, sedang pengkhianat dipercaya, serta para ruwaibidhah angkat bicara.”. Ada yang bertanya: “apa itu ruwaibidhah?”. Kemudian Rasulullah menjawab: “orang fasik yang berbicara masalah publik.” (Musnad Ahmad no. 12820)
Menjauhi dusta
Dalam menyebarkan kebaikan, seseorang terutama umat Islam dianjurkan untuk dapat menjauhi dusta. Segala hal baik yang disampaikan hendaknya harus berdasar pada al-Qur’an dan sunnah. Bukan tanpa sebab, pasalnya al-Qur’an merupakan sebaik-baiknya pedoman. Sementara sunnah adalah kebiasaan yang dilakukan oleh suri tauladan terbaik kita, yakni Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Berdusta dalam hal menyampaikan kebaikan juga termasuk dalam perbuatan zholim. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan siapakah yang lebih zholim daripada orang yang mengada-ngada suatu kebohongan tehadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya Allah tidak menguntungkan orang-orang yang zholim.” (QS. Al-An’am: 21