Awal Mula Mengapa ‘Itikaf Dianjurkan di Sepuluh Malam Terakhir Ramadhan

I’tikaf, suatu kegiatan yang dijalankan seseorang dengan senantiasa menetap di masjid agar dapat memanfaatkan diri melakukan berbagai ibadah. Biasanya, umat Islam melakikan i’tikaf dilakukan di bulan Ramadhan. Bukan tanpa alasan, pasalnya ada begitu banyak keutamaan yang bisa kita dapatkan dari aktifitas ini. Namun, sejatinya ada beberapa hari yang dianggap istimewa dan sangat dianjurkan untuk melaksanakan i’tikaf. Sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya aku melakukan i’tikaf pada sepuluh hari pertama untuk mencari malam ini (lailatul qadar). Kemudian aku melakukan i’tikaf pada sepuluh malam pertengahan bulan, lalu aku didatangi seseorang yang mengatakan kepadaku bahwa lailatul qadar ada pada sepuluh malam terakhir. Barangsiapa di antara kalian yang ingin melakukan i’tikaf, maka lakukanlah!’ Lalu orang-orang pun ikut beri’tikaf bersama beliau.” (HR. Muslim)

Hadist di atas menjelaskan tentang sebab utama anjuran beri’tikaf di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Suatu saat Rasulullah dikisahkan mencari malam kemuliaan tersebut selama sepuluh hari lamanya di awal Ramadhan. Namun, malam tersebut tak muncul jua. Beliau Shallallahu’alaihi wa sallam pun meneruskan i’tikafnya hingga pertengahan Ramadhan, namun malam tersebut juga tidak muncul. Lalu, seseorang mendatangi Rasulullah dan menyatakan bahwa Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir.

Setelah beliau Shallallahu’alaihi wa sallam mendengar hal tersebut, Rasulullah langsung bersabda. Seketika orang-orang yang mendengarnya ikut melaksanakan i’tikaf bersamanya. Begitulah awal mula mengapa ‘itikaf dianjurkan pelaksanaannya pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. Keberadaan malam kemuliaan adalah hal yang nyata dan patut diusahakan untuk bisa mendapatkannya. Ya, malam yang keutamaannya melebih ibadah 1000 bulan lamanya ini menjadi hadiah terindah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hamba-Nya yang bertakwa.