Alasan Utama Mengapa Manusia Tak Perlu Susah Payah Mengejar Nikmat Dunia

Dunia mungkin hanyalah tempat sementara. Namun, siapa sangka bahwa ujian yang dibawanya amat berbahaya. Bukan tanpa sebab, pasalnya nikmat dunia sering kali ampun membuat manusia gelap mata. Pada akhirnya, alih-alih gencar beribadah manusia justru terlena dan betah berlama-lama menunda kewajiban mereka. Begitulah sejatinya hal yang disajikan dunia pada manusia. Tak ada yang menyadari bahwa segala bentuk keindahan yang terlihat di depan mata hanya sebuah godaan semata. Pada kenyataannya, Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam sudah memperingatkan umatnya bahwa tidak ada satu pun hal di dunia yang dapat kekal dan kita bawa hingga ke akhirat.

Dari Qais, ia berkata : Aku mendengar Mustaurid saudara dari Bani Fihr berkata: Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,

Demi Allah, tidaklah kehidupan dunia ini jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat, kecuali seperti salah seorang di antara kalian memasukkan jarinya ini ke dalam laut. (Yahya (perawi) sambil menunjukkan jari telunjuknya), maka lihatlah seberapa air yang menetes kembali).” (HR. Muslim)

Hadist di atas menjelaskan tentang cara yang dianjurkan bagi manusia terutama umat Islam dalam memandang dunia. Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam kepada para sahabat dan umatnya beliau menyampaikan secara tidak langsung bahwa nilai kehidupan dunia sejatinya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan akhirat. Dunia pada dasarnya bersifat sementara. Hal ini mengandung makna bahwa sebaiknya manusia terutama umat Islam tidak dengan mudah terlena dengan segala hal yang tersaji di dunia. Bukan tanpa sebab, pasalnya dunia dirancang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai tempat yang dipersiapkan hanya untuk beribadah pada Allah semata

Namun, hal ini tentu bukanlah perkara yang mudah dilakukan lantaran Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengizinkan adanya berbagai kesenangan dunia yang diciptakan sebagai ujian dan godaan bagi manusia. Tujuannya adalah sebagai tantangan bagi manusia apakah dapat tetap memantapkan hati untuk taat atau justru termakan oleh godaan maksiat. Pada kenyataannya Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam telah membuat perumpamaan di mana dunia dibandingkan akhirat seperti kita mencelupkan jari ke dalam laut. Lalu kita mendapati bahwa air pada jari kita tersebut akan menetes dan kembali ke laut.

Hal ini menandakan bahwa sejatinya bahwa manusia tidak akan dapat membawa air tersebut meski ia telah sedalam mungkin menyelami lautan. Begitu pula dunia, sebanyak apa kita menyelami dunia dengan berbagai cara tentu saja tidak ada satu pun hal yang akan kita bawa ketika kehidupan yang sebenarnya di akhirat dimulai. Sebaliknya, umat manusia hanya membawa amal ibadah sekaligus dosa yang pernah diperbuat sebagai bahan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menentukan nasib kita sesuai dengan perhitungan amal yang tercatat. Maka dari itu, alangkah baiknya jika kita perlu mengejar-ngejar dunia dengan susah payah. Sebaliknya, manfaatkanlah waktu yang disediakan Allah ini untuk memperkaya amal ibadah.