Menerima kebaikan dari orang lain sejatinya merupakan hal yang amat luar biasa. Bagaimana tidak? Di antara banyak orang, Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih kita untuk menerima karunia-Nya melalui perantara orang lain. Oleh karena itu, hendaknya kita dianjurkan untuk dapat berterima kasih kepada orang tersebut sebagai bentuk mensyukuri nikmat yang Allah beri. Meski pada kenyataannya berterima kasih pada orang lain bukanlah perkara yang sulit dilakukan namun kerap kali kebanyakan di antara kita enggan melakukannya.
Pada hal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berpesan kepada umatnya untuk senantiasa menjaga adab terhadap orang yang memberikan kebaikan pada kita. Hal ini seseuai dengan salah satu hadist yang diketahui dari Jabir bin Abdillah Al Anshary radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang memperoleh kebaikan dari orang lain, hendaknya dia membalasnya. Jika tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, hendaklah dia memuji orang tersebut, karena jika dia memujinya maka dia telah mensyukurinya. Jika dia menyembunyikannya, berarti dia telah mengingkari kebaikannya….” (HR. Bukhari)
Hadist di atas menjelaskan tentang adab yang wajib dilakukan oleh orang-orang yang menerima kebaikan dari orang lain. Yang pertama, Rasulullah menyarankan bahwa hendaknya kita berusaha untuk membalas kebaikan yang kita terima. Kebaikan adalah bentuk atau wujud dari salah satu nikmat Allah. Dengan membalas kebaikan tersebut berarti kita telah mengakui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya yang berkuasa untuk selalu menurunkan nikmat-Nya kepada kita.
Selain itu, membalas kebaikan juga tanda bahwa kita tidak kufur nikmat. Namun, tidak semua orang berkesempatan untuk melakukannya. Beberapa orang yang menerima kebaikan belum tentu mampu membalas kebaikan serupa. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyarankan kita untuk dapat memberi pujian atau doa kepada orang yang memberikan kebaikan. Doa kita kepada orang yang berbuat baik juga merupakan tanda syukur kita kepada Allah Ta’ala.
Sebaliknya, apa bila kita menyembunyikan kebaikan seseorang berarti kita telah mengingkari nikmat yang Allah berikan. Tentu saja, orang seperti ini tidak pernah tahu cara yang tepat dalam membalas budi baik seseorang. Maka waspadalah, azab Allah bisa saja menghilangkan seluruh nikmat yang ada. Entah itu nikmat sehat, nikmat kepemilikan harta, nikmat rasa nyaman dan aman, juga nikmat berkumpul bersama keluarga bisa segera hilang jika kita tidak pandai berterima kasih pada orang lain, terutama Allah Subhanahu wa Ta’ala.