Begitu banyak orang-orang yang baru saja digelari sarjana namun bersikap seolah telah mengetahui berbagai macam ilmu. Tidak jarang, gelar tersebut justru sama sekali tak mendatangkan manfaat. Sebaliknya, kesombongan kian merajalela hati mereka dengan kebiasaan baru yang gemar meremehkan orang lain. Pada kenyataannya, umat Islam dianjurkan untuk tidak pernah bosan menuntut ilmu. Bukan tanpa alasan, pasalnya orang-orang yang meninggalkan ilmu sejatinya adalah suatu pertanda bahwa mereka akan menuju pada kebinasaan.
Sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Jadilah kamu seorang alim, pelajar, pendengar, atau pecinta (ilmu). Jangan kamu menjadi yang kelima, yaitu pembenci (ilmu), maka binasalah kamu,” (HR Al-Bazzar, At-Thabarani, Al-Baihaki)
Hadist di atas menjelaskan tentang bahaya bagi umat Islam yang membenci atau meninggalkan keutamaan menuntut ilmu. Perkara ini sendiri sejatinya tidak selalu berarti bahwa seseorang diwajibkan mengemban pendidikan akademis. Menuntut ilmu dapat diartikan sebagai upaya kita untuk selalu mencari kebenaran dari suatu hal. Upaya ini sebaiknya dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat agama Islam. Sebagai contoh, ketika kita memiliki keraguan dalam hati terkait perkara ibadah atau bimbingan kehidupan lainnya, mencari jawaban melalui al-Qur’an dan hadist adalah cara paling dianjurkan.
Sebaliknya, jika kita memutuskan sendiri keraguan tersebut tanpa terlebih dahulu mencari tahu kebenarannya inilah yang dinamakan kebinasaan. Bukan tanpa alasan, pasalnya cara ini dianggap dapat membuat seseorang kehilangan arah. Tidak jarang, kehidupan yang dijalankannya pun dapat melenceng dari syariat agama. Alhasil, kemungkinan mereka terpancing oleh godaan berbuat maksiat sangatlah besar. Begitulah sejatinya tanda-tanda awal dari munculnya kebinasaan. Naudzubillah min zalik, semoga kita bukan termasuk golongan orang-orang pembenci ilmu.