Waspada, Ini Alasan Mengapa Kita Menerima Keburukan di Akhirat

Mengeluarkan zakat menjadi kewajiban setiap umat Islam yang tergolong mampu. Dewasa ini, kebanyakan di antara umat Islam merasa lebih nyaman membayar zakat dengan cara menyerahkan sejumlah uang. Namun, sejatinya kita juga diperbolehkan untuk menyalurkannya dengan memanfaatkan bahan pangan yang dimiliki atau dihasilkan melalui lahan pertanian kepunyaan pribadi.

Meski pun begitu, hendaknya kita wajib memerhatikan kondisi dari bahan pangan yang kita zakatkan. Hendaknya hal tersebut harus benar-benar berada pada kondisi terbaik. Menyerahkan zakat dalam bentu bahan pangan yang tidak layak diberikan bukanlah hal yang dianjurkan. Bagaimana tidak? Pasalnya ada ganjaran tersendiri yang bisa kita dapatkan dari perilaku buruk tersebut. Dari ‘Auf bin Malik dia berkata,

‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dengan memegang tongkat dan seseorang telah menggantungkan ikatan kurma yang paling jelek, lalu beliau mencela ikatan tersebut, kemudian bersabda,’

Ohh, kalaulah saja pemilik zakat ini mengeluarkan zakat yang lebih baik dari iniā€¦ Oh, pemilik zakat ini akan memakan kurma yang paling jelek pada hari Kiamat.” (HR. An Nasa’i no. 2447)

Hadist di atas menjelaskan tentang bahaya menzakatkan harta yang buruk kondisinya. Terkait hal ini, Rasulullah sangat menyayangkan perilaku umatnya yang tidak memerhatikan kebaikan akhlak pada sesama. Membayar zakat dengan kondisi bahan yang buruk tak hanya mencerminkan keburukan akhlak saja tapi juga sebab musabab mengapa seseorang terhalang dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tepat sekali, orang yang tidak memikirkan kenyamanan sesama sejatinya akan mendapatkan kondisi serupa kelak saat di akhirat. Rasulullah berpesan bahwa keadaan serupa akan diterima oleh orang yang menyerahkan zakat dengan kondisi buruk tersebut. Tentu, hal ini bukanlah sesuatu yang kita inginkan. Maka dari itu, umat Islam memang dianjurkan untuk dapat memberikan yang terbaik bagi sesama.