Kehidupan dunia yang sementara sejatinya merupakan sarana yang Allah Ta’ala sediakan bagi kita untuk memperbanyak bekal akhirat. Memperkaya amalan saleh adalah hal yang sering kali dianjurkan guna mencapai tujuan tersebut. Maka dari itu, tidak jarang banyak di antara kita yang berlomba-lomba memperkaya diri dengan perbuatan amal. Sayangnya, sering kali tujuan utama ini melenceng dari niat awalnya. Alih-alih untuk mendapatkan ridha Allah semata, amalan saleh yang dilakukan nyatanya justru membuat kita menjadi rugi.
Sebagaimana diketahui dalam al-Qur’an bawasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’ Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi: 103-104)
Ayat di atas menjelaskan tentang bahaya dari munculnya sifat bangga terhadap kekayaan amal saleh. Allah memperingatkan hamba-Nya untuk tidak menjadi golongan dari orang-orang demikian. Bukan tanpa alasan, pasalnya kebanggaan akan kekayaan diri terhadap amal saleh hanya akan membuat kita merugi di akhirat saja. Segala kebaikan yang kita lakukan di dunia sekejap mata akan menjadi sia-sia. Maka dari itu, hendaknya kita harus mampu mengontrol diri terkait perkara ini.
Amalan saleh hendaknya harus dilakukan dengan tujuan yang lurus. Jadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dari setiap perbuatan baik yang kita lakukan. Hindari diri dari mengharap balasan manusia meski pun hanya berupa ucapan terima kasih belaka. Bukan tanpa alasan, pasalnya harapan tersebut hanya akan merusak nilai pahala kebaikan kita saja. Yang lebih merugikan, mengharapkan balasan manusia juga mampu menggugurkan setiap nilai perbuatan amal yang kita lakukan. Oleh karena itu, sudah saatnya bagi kita untuk dapat memperbaiki niat setiap amal saleh yang dikerjakan.