Sholat sunnah rawatib menjadi salah satu amalan yang cukup sering dilakukan oleh umat Islam. Bagaimana tidak? Memperkaya amalan-amalan sunnah diyakini menjadi cara yang dianjurkan untuk menabung pahala sekaligus menutupi ibadah-ibadah yang tertinggal. Meski pun begitu, sejatinya sholat sunnah rawatib terutama yang dilakukan sebelum sholat fardhu membutuhkan beberapa aturan tertentu.
Dari ‘Ashim dari Abdullah bin Sarjis berkata, “Ketika sedang melaksanakan shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang laki-laki shalat dua raka’at sebelum subuh. Ketika selesai shalat, beliau bertanya kepadanya,
“Shalat mana yang sudah kamu persiapkan?” (HR. Ibnu Majah no. 1142)
Hadist di atas menjelaskan tentang situasi saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menunaikan sholat subuh berjamaah. Kala itu, sebelum melaksanakan sholat beliau sempat melihat salah satu jamaah melakukan sholat dua rakaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meyakini bahwa laki-laki tersebut menunaikan sholat sunnah rawatib sebelum subuh. Namun, beliau memastikan prasangkanya dengan langsung bertanya kepada jamaah tersebut.
Hal ini sejatinya menggambarkan keadaan di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi tahu umatnya bahwa ketika iqamah telah dikumandangkan maka tidak ada lagi sholat sunnah rawatib yang dianjurkan pelaksanaannya. Iqamah adalah tanda dimulainya sholat berjamaah. Saat iqamah dikumandangkan maka para jamaah harus bersiap melakukan sholat fardhu. Ini berarti, waktu pelaksanaan sholat sunnah rawatib telah berakhir.
Aturan ini mungkin saja jarang kita dengar. Namun, sebagai umat Islam hendaknya kita mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bukan tanpa alasan, pasalnya sunnah Rasulullah adalah sebaik-baiknya kebiasaan yang dianjurkan bagi kita. Maka dari itu, perbanyaklah mempelajari sunnah beliau dari hadist yang telah turun temurun disebarkan. InshaAllah, kita akan menjadi bagian dari umat beliau yang kelak berdiri berdampingan dengannya di Surga.