Sa’ad bin Abi Waqqas merupakan salah satu sahabat Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dijamin masuk Surga. Ia termasuk juga dalam golongan Assabiqul Awwalun, yakni orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Sa’ad sendiri sejatinya merupakan paman Rasul. Ia adalah sepupu dari Aminah binti Wahab, ibu dari Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Semasa hidupnya, Sa’ad dikenal memiliki keteguhan hati yang kuat dalam mempertahankan keyakinannya pad agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini terbukti melalui kebaikan sikapnya terhadap sang ibu yang diketahui begitu menentang agama Allah. Ketika Sa’ad resmi masuk Islam, sang ibu sangat marah dan melakukan banyak cara untuk membuat anaknya mempersekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bahkan, sang ibu selalu meneror dan mengancam Sa’ad dengan sikap yang menyakitkan hatinya. Salah satunya adalah dengan berhenti makan dan minum dan membiarkan tubuhnya kurus yang tentunya akan sangat menyakiti perasaan Sa’ad. Namun, di balik rasa sayang pada ibunya yang begitu besar, keteguhan hati Sa’ad pada agama Allah lebih kuat. Hal ini akhirnya membuat sang ibu luluh dan menerima keputusan Sa’ad.
Keteguhan hati Sa’ad bin Abi Waqqas dikisahkan dalam al-Qur’an, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman: 14-15)
Melalui ayat di atas, Allah memberikan contoh yang baik pada hamba-Nya dalam menghadapi orang tua yang sesuai dengan cara yang dilakukan oleh Sa’ad. Sa’ad tidak menjauhkan diri atau bahkan menentang sang ibu meski tahu bahwa hal yang dimintanya adalah mempersekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebaliknya, Sa’ad bersabar dan tetap teguh pada pendirian sehingga sang ibu pun luluh dan menerima keputusannya tersebut.
Kecintaan Sa’ad pada Islam juga dibuktikannya melalui beberapa peran pentingnya dalam menemani perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berdakwah bersama sahabat lainnya. Ia pernah memimpin perang di Qadisiyah saat menghadapi Persia. Keberhasilan pertempuran tersebut membuat kekaisaran Sasanian berakhir. Sa’ad berhasil merebut ibu kota Sasan, yakni Ctesiphon dan ia pun dijuluki sebagai Penakluk Ctesiphon.