Nisfu Syakban dikenal sebagai malam pertengahan, yang jatuh tepat pada setiap tanggal 15 bulan Syakban. Umat Islam sering sekali merayakan momen ini dengan tujuan untuk mengharapkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menurunkan keberkahan pada hamba-Nya berupa pengampunan dosa, pengabulan doa, dan penerimaan amalan. Namun, tentu kita sempat bertanya-tanya apakah malam Nisfu Syakban benar-benar harus dirayakan secara besar-besaran?
Sejatinya, belum diketahui secara pasti alasan tepat mengapa malam Nisfu Syakban sering dirayakan secara resmi oleh umat Islam. Sebaliknya, yang perlu diketahui adalah kenyataan bahwa pada pertengahan bulan Syakban ini, Allah membalikkan diri pada hamba-Nya untuk mengampuni siapa saja yang meminta ampun, mengabulkan setiap hajat, serta menunda ganjaran bagi yang melakukan kejahatan. Hal ini sebagaimana diketahui dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menawarkan doa berjaga malam pada suatu malam, dan ketika dia sedang shalat, dia bersujud begitu lama sehingga saya pikir dia telah meninggal dunia, tetapi dia mengangkat kepalanya dan menyelesaikan shalat. Kemudian dia shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
“Wahai Aisyah (atau O Humaira, sebagaimana dia akan memanggilnya), apakah kamu berpikir bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan memberikanmu hakmu?”
Saya berkata, “Tidak, demi Allah, Utusan Allah. Tetapi ketika engkau tetap bersujud begitu lama, saya pikir engkau telah meninggal. ” Nabi kemudian berkata,
“Apakah kamu tahu malam apa ini?”
Saya berkata, ”Allah dan Rasul-Nya tahu yang terbaik.” Dia SAW berkata,
“Ini adalah malam ke 15 Sya’ban. Allah SWT berbalik kepada para hamba-Nya pada tanggal 15 Sya’ban dan mengampuni mereka yang meminta pengampunan-Nya, memberikan rahmat kepada mereka yang memintanya, dan menunda (menghukum atau mempertanggungjawabkan) orang-orang jahat.” (Hadist Mursal Riwayat al-Baihaqi)
Dari hadist di atas dapat kita ketahui bahwa malam Nisfu Syakban memang sejatinya kaya akan kemuliaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala bahakan memberikan rahmat pada setiap hamba yang memintanya. Namun, perlu diketahui bahwa Rasulullah tidak menganjurkan bahwa untuk memuliakan malam ini harus dilakukan perayaan besar-besaran. Beliau justru melakukannya secara individu, yakni dari hati ke hati, berdua hanya pada Allah saja.
Hal ini dilakukan agar setiap hajat yang diminta dapat segera dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Meski pun begitu, bukan berarti merayakan malam Nisfu Syakban secara bersama-sama dilarang dan menimbulkan dosa. Selama hal tersebut tidak memunculkan perkara yang bernilai bid’ah, tentu memuliakan pertengahan bulan Syakban ini dapat membawa manfaat untuk mempererat hubungan silaturahmi dengan sesama.