Puasa di bulan Ramadhan mungkin menjadi salah satu ibadah yang cukup menantang. Bagaimana tidak? Kewajiban untuk menahan rasa haus, lapar, dan juga amarah menguji kesabaran kita. Seperti yang kita tahu, keabsahan puasa sendiri terletak pada hati yang sabar dalam menahan godaan. Di sinilah sejatinya tantangan tersebut harus dapat kita lewati dengan sebaik mungkin. Bukan tanpa alasan, pasalnya ada keistimewaan tersendiri yang bisa kita dapatkan jika berupaya untuk dapat tetap menjalankan puasa.
Diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
“Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: “Ya Rabbi, aku mencegahnya dari makan dan minum di siang hari”, ِAl-Qur’ an juga berkata: “Aku mencegahnya dari tidur dimalam hari, maka kami mohon syafaat buat dia.” Beliau bersabda: “Maka keduanya dibolehkan memberi syafaat,” (HR. Ahmad)
Puasa seperti diketahui melalui hadist di atas sejatinya merupakan salah satu alasan bagi kita untuk dapat dengan mudah meraih syafaat di akhirat. Rasulullah menjadi saksi dari keistimewaaan tersebut. Orang yang berpuasa diharuskan menahan diri dari aktifitas makan dan minum. Tak sampai di situ, puasa juga menuntut kita untuk dapat menahan amarah. Sungguh, hal ini bukanlah perkara yang mudah dilakukan. Bahkan, tak semua orang memiliki kadar kesanggupan yang sama dalam menangani tantangan ini.
Namun, terdapat keutamaan bagi mereka yang berusaha keras menjalaninya. Puasa akan menjadi saksi dari upaya tersebut. Maka kelak, saat di akhirat ibadah puasa yang kita jalankan dapat membela kita saat tengah melalui masa perhitungan amal. Ibadah puasa akan bersaksi kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas kewajiban yang kita jalankan. Bahkan, kemampuan kita dalam menangani godaan pun juga dapat meningkatkan nilai dari kesaksian tersebut sehingga Allah meloloskan kesaksian yang diberikan oleh ibadah puasa yang kita jalankan ini. Dengan begitu, syafaat bisa kita dapatkan dengan lebih cepat.