Perilaku Ini Alasan Timbulnya Kebencian Allah di Akhirat Kelak

Membantu orang lain adalah salah satu cara yang bisa kita lakukan sebagai umat Islam. Selain bermaksud untuk mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, menjadi jembatan kebaikan dan manfaat bagi sesama juga dapat menghadirkan pahala besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Meski pun demikian, hendaknya kita harus dapat selalu berhati-hati. Jangan sampai ada di antara sikap kita yang membuat orang lain tersinggung lantaran menerima bantuan dari kita. Salah satunya adalah dengan menyebut-nyebut kebaikan yang pernah kita salurkan.

Bukan tanpa sebab, pasalnya perkara buruk tersebut hanya akan menghadirkan kebencian Allah Ta’ala pada kita di akhirat kelak. Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah nanti pada hari kiamat, Allah tidak akan melihat mereka dan tidak pula mensucikan mereka, mereka akan mendapatkan siksa yang pedih.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyabdakan ini tiga kali. Abu Dzarr berkata: “Mereka sungguh kecewa dan rugi. Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda,

Orang yang menjuraikan pakaiannya karena congkak, orang yang suka menyebut-nyebut kebaikan sendiri dan orang yang mengelola perniagaannya dengan sumpah bohong”. (HR. Muslim)

Hadist di atas menjelaskan tentang perkara-perkara yang mampu menimbulkan kebencian Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya di akhirat kelak. Salah satu dari banyak perkara tersebut adalah kebiasaan menyebut-nyebut kebaikan yang pernah dilakukan. Pada dasarnya, berbuat baik hendaknya dilakukan semata-mata hanya untuk mendapatkan ridha Allah saja. Dengan menyembunyikan kebaikan, Allah Ta’ala sangat menghargainya dan sudah pasti akan membuahkan pahala bagi yang melakukannya. Sebaliknya, menyebut-nyebut kebaikan yang pernah dilakukan hanya akan menimbulkan perselisihan antar umat Islam.

Bagaimana tidak? Tentu saja para penerima manfaat baik akan merasa tidak nyaman dari hal yang kita lakukan ini. Selain malu, orang yang menerima manfaat dari kita juga bisa merasa sakit hati. Bagaimana tidak? Bukanlah sebuah kemauan untuk memiliki nasib yang mungkin dianggap menyusahkan sesama. Namun, apalah daya mereka tak mampu berdiri sendiri tanpa bantuan kita. Sementara, perilaku kita yang menyebutkan kebaikan hanya akan membuat mereka malu saja. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala amat membenci perilaku tersebut. Bahkan Allah juga tak segan untuk menghadirkan azab yang pedih bagi mereka yang gemar memamerkan kebaikan dan manfaat.