Berat biji sawi mungkin tidak seberapa. Namun, jika tertanam keimanan seseorang dalam hatinya sebesar biji tersebut, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memasukkannya ke dalam Surga. Bagaimana tidak? Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam memiliki hak paten atas syafaat di akhirat kelak. Namun beliau tidak memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Sebaliknya, Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam meminta pada Allah untuk dapat berbaik hati pada umatnya yang senantiasa memelihara keimanan semasa hidup mereka di dunia. Hal ini sebagaimana diketahui dari Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu, yang berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
“Jika hari kiamat tiba, maka aku diberi syafaat, lantas aku berkata, ‘Wahai Tuhanku, masukkanlah orang yang di dalam hatinya terdapat (keimanan) seberat biji sawi ke dalam surga.’ Lalu mereka masuk, kemudian aku berkata, ‘Masukkanlah orang yang di dalam hatinya terdapat sedikit (keimanan) ke dalam surga.” Lalu Anas berkata, “Seakan aku melihat jari-jari Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam.” (Diriwayatkan oleh Bukhari no. 6955)
Dari hadist di atas dapat kita ketahui secara umum bahwa memiliki keimanan sangat penting. Bukan tanpa alasan, pasalnya keimanan kita pada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah modal utama dari kesempatan atau peluang untuk dapat masuk ke Surga. Namun, memelihara keimanan bukanlah sebuah perkara yang mudah dilakukan. Berbagai godaan yang bersumber dari kenikmatan duniawi menjadi sebab dari seringnya iman melemah. Umat manusia secara alamiah menyenangi hal-hal yang membuat senang dan bahagia. Nikmat dunia adalah pusat dari segala kesenangan dan kebahagiaan tersebut. Sayangnya, tak semua orang mampu mengontrol perasaan ini.
Alih-alih mensyukuri nikmat yang Allah beri, beberapa golongan orang justru memanfaatkannya untuk memperkaya diri. Meski tidak salah, namun aksi-aksi ini kebanyakan malah menimbulkan kerugian bagi orang lain. Ya, berlomba-lomba memperkaya diri dengan harta, takhta, atau bahkan wanita menjadi persaingan yang kini tak dapat dihindari. Di sinilah sejatinya keimanan dapat berfungsi. Menahan diri dari godaan mungkin sulit dilakukan. Namun, jika kita berusaha sekuat tenaga menyertai Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hati kita maka percayalah bahwa akan selalu ada iman yang menyelimuti hati kita.
Oleh karena itu, berbahagialah orang-orang yang mungkin merasa kesulitan dalam senantiasa berupaya untuk memelihara keimanan, terlebih lagi di tengah berbagai godaan nikmat dunia yang sulit dihindari. Namun jika mereka tidak berhenti mencoba hingga waktunya habis di dunia, orang-orang seperti ini akan mendapat kebaikan di akhirat yang dijanjikan Allah pada Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam kelak. Kebaikan tersebut adalah syafaat Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam yang secara langsung meminta pada Allah agar memasukkan hamba-Nya yang memiliki keimanan meski hanya sebesar biji sawi ke dalam Surga. Begitulah sejatinya keutamaan dari upaya memelihara keimanan di dalam hati.