Ramadhan tak lama lagi segera mencapai akhir. Guna merayakan kemenangan sekaligus menyambut 1 Syawal, umat Islam sering kali mengekspresikannya dengan melantunkan takbir. Takbir sendiri sejatinya merupakan penggalan frase ‘Allahu Akbar’ yang memiliki arti ‘Allah Maha Besar’. Ini menandakan bahwa menyambut 1 Syawal sebagai bentuk perayaan berakhirnya masa puasa kita sangat dianjurkan untuk memuji asma Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Namun, kapan sebaiknya hal ini mulai kita lakukan? Terkait hal ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya:
“…hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.” (Qs. Al Baqarah: 185)
Ayat di atas menjelaskan tentang waktu utama melantunkan takbir selepas Ramadhan. Allah Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk dapat mencukupkan jumlah hari berpuasa. Hal ini dilakukan dengan cara melihat hilal oleh orang-orang yang ahli dalam perkara tersebut. Kelak dengan cara ini akan ditemukan keputusan untuk mengakhiri atau melanjutkan puasa. Jika puasa dapat segera diakhiri, maka Allah memerintahkan umat Islam untuk merayakannya dengan cara bertakbir.
Menurut ayat di atas, takbir dilakukan sebagai cara untuk mengagungkan asma Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini bertujuan untuk mensyukuri nikmat kesempatan berpuasa Ramadhan yang telah diberikan kepada kita semua. Tidak hanya itu, takbir juga dilakukan sebagai bentuk perayaan kemenangan menyambut hari raya Idul Fitri yang jatuh tepat pada 1 Syawal. Amalan sunnah dapat dilakukan secara berjamaah maupun sendiri. Namun, memantapkannya dalam hati adalah cara yang paling dianjurkan.