Mengenal Dosa Jariyah dan Bahayanya

Tindak tanduk manusia sejatinya merupakan alasan utama bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan berkah atau justru sebaliknya. Bagaimana tidak? pasalnya sikap yang kita tunjukkan dapat memberikan pengaruh terhadap orang lain yang menyaksikkannya atau bahkan menirunya. Maka dari itu, sangat penting bagi umat Islam untuk dapat memastikan bahwa dirinya tidak menjadi pihak yang menebar mudharat.

Bukan tanpa sebab, pasalnya mudharat yang bersumber dari diri kita mampu mendatangkan dosa jariyah. Tepat sekali, layaknya amal jariyah, dosa jariyah memiliki sifat yang sama. Ya, jariyah memiliki makna seperti air yang selalu mengalir. Ini berarti dosa jariyah adalah dosa yang akan selalu mengalir meski penyebar mudharat telah wafat. Sebagaimana diketahui dalam al-Qur’an bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

(ucapan mereka) menyebabkan mereka pada hari Kiamat memikul dosa-dosanya sendiri secara sempurna, dan sebagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, alangkah buruknya (dosa) yang mereka pikul itu.” (QS An-Nahl ayat 25)

dan sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

Dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa semisal dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR Muslim)

Baik dari ayat dan hadist di atas keduanya menjelaskan tentang bahaya dari dosa jariyah. Tepat sekali, dosa jariyah tak hanya akan selalu mengalir tapi juga memikul dosa yang sama yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengikutinya. Ini membuktikan bahwa hal-hal mudharat yang mengikutsertakan orang banyak sangatlah berbahaya untuk dilakukan. Bukan tanpa alasan, pasalnya dosa tersebut akan semakin terasa berat mengingat bahwa pemikul tidak hanya bertanggung jawab atas dosa pribadi saja tapi juga dosa orang lain.

Maka dari itu, hendaknya umat Islam dapat selalu menjaga diri dari ketidakbermanfaatan. Perkara-perkara sepele yang kita lakukan bahkan juga mungkin mampu menimbulkan mudharat. Hal ini menjadi semakin sulit bagi Allah Ta’ala untuk menurunkan ampunan-Nya terutama jika telah ada pihak lain yang turut menjadi peniru dari kemudharatan tersebut. Naudzubillah min zalik, semoga kita terhindar dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang demikian.