Memahami Dasar Kepemimpinan Syariat Islam: Tidak Membebani Orang Lain

Pemimpin dalam ajaran agama Islam sejatinya merupakan orang – orang terpilih yang telah diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kemampuan untuk menjalankan kepemimpinannya. Kemampuan tersebut dapat berupa keunggulan dalam fisik dan juga pemikiran strategi. Oleh karena itu, tentu kita sering kali memandang pemimpin sebagai orang yang memiliki berbagai kelebihan dibanding yang lainnya. Hal inilah yang sejatinya menjadikan mereka terlihat berbeda dari orang kebanyakan.

Meski pun begitu, seorang pemimpin Muslim hendaknya perlu mengetahui dasar kepemimpinan yang sesuai dengan syariat Islam. Di antara banyak hal, pemimpin yang baik sudah sepatutnya tidak memiliki kebiasaan untuk membebani orang lain terhadap hal apa pun yang di luar kemampuannya. Sebagaimana dalam Al – Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan batas kemampuannya. Baginya ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk apa yang diusahakannya.” ( QS. Al – Baqarah: 287)

Ayat di atas menjelaskan tentang kebijaksanaan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba- Nya. Dia Maha Mengetahui keadaan setiap hamba sehingga tidak memberatkan seseorang di luar batas kemampuannya. Hal ini pulalah yang sepatutnya menjadi bagian dari kepribadian seorang pemimpin Muslim. Tepat sekali, pemimpin yang baik hendaknya tidak membebani bawahan atau rakyatnya dengan sesuatu yang tak bisa dipertanggung – jawabkan oleh mereka. Sebaliknya, seorang pemimpin Muslim sudah seharusnya menjadi perisai utama bawahan atau rakyatnya dalam menangani suatu hal atau pun kondisi.

Dialah yang sepatutnya menjadi penanggung jawab atas beban tersebut. Oleh karena kebaikannya dalam melakukan hal ini Allah akan membalasnya dengan ganjaran yang sesuai dengan upayanya. Hal sebaliknya pun terjadi apa bila ia justru menuntut orang lain untuk bertanggung – jawab atas perbuatan yang berada di luar kemampuan orang tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membalasnya dengan siksaan di akhirat kelak. Naudzubillah min zalik, semoga kita selalu diberkahi pemimpin – pemimpin yang amanah dalam mengemban tugasnya.