Salah satu hal yang wajib diyakini oleh umat Islam adalah kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mampu menurunkan musibah. Tepat sekali, musibah adalah bagian dari ketetapan Allah. Namun, alasan di balik turunnya musibah tentu beraneka ragam. Ada yang memang sudah menjadi ketetap-Nya, ada pula yang sejatinya merupakan buah dari perbuatan dosa yang dilakukan seseorang. Apa pun alasan di balik datangnya musibah, umat Islam dianjurkan untuk tidak bergembira terhadap penderitaan yang dialami orang lain.
Bukan tanpa sebab, pasalnya bergembira atau bahkan menyebarkan berita musibah yang menimpa orang lain termasuk dalam perbuatan yang dapat mengundang azab dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dalam al-Qur’an, Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. An Nur: 19)
Ayat di atas menjelaskan tentang peringatan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya untuk tidak dengan mudah menyebarkan berita musibah yang dialami oleh orang lain. Hal ini bahkan semakin utama untuk dilakukan apa bila musibah yang dialami tidak kita ketahui dengan jelas latar belakangnya. Bukan tanpa sebab, pasalnya menyebarkan berita musibah orang lain sama secara tidak langsung sama dengan membuka kesempatan agar fitnah merajalela. Tentu saja, hal tersebut bukanlah merupakan perkara yang patut untuk dimaklumi.
Fitnah dapat merusak nama baik seseorang. Bahkan, perbuatan tercela ini mampu mengundang datangnya perselisihan. Maka dari itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan kepada kita agar tidak mudah menyebarkan berita musibah orang lain. Atas perbuatan tersebut, mereka kelak akan menerima azab yang amat pedih di dunia. Tidak hanya itu, siksaan yang amat berat juga akan menimpa mereka di akhirat kelak. Begitulah sejatinya keburukan yang akan didapat oleh orang-orang yang gemar menyebarkan berita musibah yang dialami oleh orang lain.