Larangan Meminta Jabatan dan Kepemimpinan dalam Islam

Pemimpin sejatinya merupakan orang atau perwakilan yang dipercaya untuk mengemban sebuah tugas. Biasanya, mereka akan melaksanakan pekerjaan tersebut untuk mewakili sebuah kelompok atau daerah tertentu. Dikarenakan tugas seorang pemimpin berkaitan dengan urusan banyak orang, maka kebanyakan di antara mereka perlu memiliki keunggulan sifat dan kebiasaan yang mampu mendukung terlaksananya tanggung jawab tersebut. Dalam Islam, seorang pemimpin haruslah mampu menjaga amanah. Mereka dianjurkan harus memiliki sifat yang mampu dipercaya.

Sesuai dengan pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, umat Islam dilarang memercayakan sebuah tanggung jawab pada orang yang tidak kompeten di dalamnya. Dari Abu Musa dia berkata, “Saya dan dua orang anak pamanku menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, salah seorang dari keduanya lalu berkata, “Wahai Rasulullah, angkatlah kami sebagai pemimpin atas sebagian wilayah yang telah diberikan Allah Azza Wa Jalla kepadamu.” Dan seorang lagi mengucapkan perkataan serupa, maka beliau bersabda,

Demi Allah, sesungguhnya kami tidak akan memberikan jabatan bagi orang yang meminta dan yang rakus terhadapnya.” (HR. Muslim)

Hadist di atas menjelaskan tentang salah satu cara yang dipergunakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam memilih seorang pemimpin. Beliau kepada para sahabat dan umatnya menyampaikan bahwa sejatinya seorang pemimpin yang baik sudah sebaiknya harus terlebih dahulu dipercaya oleh masyarakat. Kepercayaan yang tumbuh ini membuat masyarakat berpikir bahwa orang tersebutlah yang mampu mengemban segala tugas dan amanah yang kelak akan diberikan. Secara singkat, pemimpin hendaknya merupakan orang yang dipercaya dan diyakini bahwa ia dapat dipilih menjadi satu-satunya yang terbaik yang mampu mengemban tanggung jawab.

Sebaliknya, umat Islam dilarang keras menawar-nawarkan diri untuk menjadi seorang pemimpin. Bukan tanpa sebab, pasalnya menawarkan diri atau memaksakan kelompok untuk mengangkat dirinya menjadi pemimpin sejatinya merupakan simbol dari keserakahan. Bahkan tidak semua orang memiliki kemampuan yang baik untuk memegang tanggung jawab sesuai dengan ajaran Islam. Sejatinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan utusan-utusannya yang telah dilengkapi dengan sikap dan sifat terbaik dalam mengemban tanggung jawab. Mereka biasanya secara alami telah memiliki sikap kepemimpinan yang menonjol tanpa sedikit pun diminta. Orang-orang seperti itulah yang sebaiknya kita percayakan akan tanggung jawab yang besar.