Rutinitas keagamaan yang dilakukan seseorang sering kali menjadi alasan utama mengapa ia dikenal sebagai sosok yang soleh. Bagaimana tidak? Kebanyakan di antara kita erat mengaitkan kesolehan dengan kebiasaan beribadah yang dilakukan orang lain. Meski sejatinya tidaklah salah, namun bukan berarti kemuliaan seseorang disebabkan oleh kebiasaannya beribadah.
Anggapan ini pada akhirnya sering kali menipu kita. Melihat kebiasaan seseorang beribadah membuat kita menilai mereka sebagai sosok yang mulia. Pada kenyataannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui hamba-Nya yang benar-benar berhak atas penilaian tersebut. Sebagaimana diketahui dalam al-Qur’an bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)
Melalui ayat di atas, Allah memerintahkan kita untuk tidak dengan mudah menilai seseorang hanya dari tampilannya saja. Penampilan sering kali menipu mata manusia. Kebiasaan juga dianggap sebagai pendukung utama dari jati diri seseorang. Namun, hanya Allah Ta’ala saja yang mampu menilai letak kemuliaan hamba-Nya. Ya, ketakwaan seorang hamba pada Rabb-Nya adalah bukti nyata dari kemuliaan yang terdapat dalam dirinya.
Ketakwaan tidak dinilai dari seberapa banyak ibadah dan perbuatan baik yang dilakukannya. Hal tersebut sejatinya jauh terletak dalam hati seseorang yang memungkinkan ia memiliki keyakinan yang teramat dalam pada Allah. Keyakinan tersebut akhirnya membuat ia tidak hanya patuh dalam melaksanakan perintah-Nya tapi juga taat dalam meninggalkan hal-hal yang dilarang. Hadirnya takwa dalam hati seseorang juga memunculkan ketakutan pada Allah.
Mereka yang bertakwa akan senantiasa memahami bahwa Allah Ta’ala ahli dalam mengawasi. Maka dari itu, mereka akan menjalani hidup dengan sebaik-baiknya cara yang diridhai oleh Allah. Ketakwaan yang terpelihara dalam hatinya mampu menjaga diri seseorang tersebut dari berbagai godaan untuk berbuat maksiat. Begitulah sejatinya kemuliaan yang didapatkan oleh seseorang. Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala saja yang mampu menilai hal tersebut dalam diri para hamba-Nya.