Pertengkaran antar satu orang dengan orang lain mau pun kelompok dengan kelompok lainnya adalah hal yang sangat wajar terjadi dalam hidup ini. Bukan tanpa sebab, pasalnya kesalah-pahaman kerap kali menjadi alasan utama dari timbulnya peselisihan yang tak diharapkan. Meski pun begitu, umat Islam dianjurkan untuk tidak membuat perkara yang disengketakan menjadi berlarut-larut dan tak menemukan jalan keluar.
Ya, menyimpan dendam bahkan hingga mendarah daging bukanlah hal yang patut kita lakukan. Pertengkaran yang melampaui batas adalah salah satu tanda dari terdapatnya sifat munafik dalam diri seseorang atau kelompok. Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
“Empat perkara yang apabila ada pada diri seseorang maka ia adalah seorang munafik yang sejati. Apabila salah satunya ada pada seseorang maka pada dirinya ada sifat munafik sampai ia meninggalkannya : jika berbicara berdusta, jika diberi amanat berkhianat, jika berjanji mengingkari, dan jika bertengkar melampaui batas.” (HR. Bukhari Muslim)
Hadist di atas berisikan tentang ciri-ciri dari seseorang atau kelompok yang memelihara sifat munafik dalam diri mereka. Secara umum, ciri-ciri tersebut adalah hal yang sudah sering sekali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Ya, mereka yang memelihara kemunafikan dalam hatinya kerap terbiasa untuk berdusta kala berbicara, berkhianat ketika diberi amanat, dan juga mengingkari ketika telah terlanjur berjanji. Ketiga sifat ini sejatinya sudah mewakili kemunafikan dalam hati seseorang.
Namun, ada hal lain yang dapat melengkapi keburukan tersebut dan membuat seseorang dinilai sebagai munafik sejati. Tepat sekali, ciri lainnya adalah apa bila mereka bertengkar atau berselisih paham maka mereka akan melampaui batas. Kebiasaan ini adalah tanda yang mampu melengkapi kemunafikan dalam diri seseorang. Bertengkar melampaui batas sama sekali tidak mencerminkan kehidupan seorang Muslim. Bukan tanpa alasan, pasalnya Islam mengajarkan bahwa menjaga sliaturahmi adalah hal yang utama.
Maka bagi mereka yang enggan merelakan hatinya untuk menyudahi pertengkaran termasuk dalam golongan orang-orang munafik. Sungguh sangat disayangkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjauhkan keberkahan bagi mereka yang gemar memendam dendam. Hal tersebut sejatinya merupakan salah satu bentuk kerugian yang akan mereka dapatkan di dunia. Bahkan di akhirat kelak, orang-orang yang memelihara kemunafikan akan jauh dari ampunan Allah dan tertutup pula pintu Surga bagi diri mereka.