Isra’ Mikraj menjadi salah satu peristiwa penting bagi umat Islam. Bagaimana tidak? Isra’ Mikraj diyakini sebagai perjalanan suci yang dialami oleh Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam secara pribadi untuk menerima perintah shalat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Perjalanan ini dahulu kala menjadi peristiwa yang mencengangkan. Bukan tanpa sebab, pasalnya begitu banyak orang terutama kaum kafir Quraisy yang tidak memercayainya. Pada kenyataannya, atas kuasa Allah Subhanahu wa Ta’ala Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar melakukan sendiri peristiwa suci dan luar biasa yang dialami oleh tersebut.
Ketidak-percayaan kaum kafir Quraisy ini cukup menghebohkan para sahabat dan umat lainnya. Bagaimana tidak? Perjalanan yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut jika dilakukan secara mandiri diperkirakan membutuhkan waktu setidaknya dua bulan pergi dan pulang. Namun, beliau melakukannya secara kilat dan cepat sehingga banyak yang tidak memercayai hal tersebut. Sebagaimana diketahui dari Jabir bin Abdullah radliyallahu ‘anhuma ia berkata bahwasanya, dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ketika kaum Quraisy mendustakan aku (tentang lsra’ dan Mikraj), aku berdiri di Al Hijir, lalu Allah menampakkan kepadaku Baitul Maqdis, maka aku mulai menceritakan kepada mereka tentang tanda-tandanya. Sedang aku terus melihatnya.” (Shahih Bukhari 3597)
Hadist di atas mengisahkan tentang reaksi para penduduk Mekah dari kalangan kaum kafir Quraisy yang tidak memercayai peristiwa Isra’ Mikraj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Menurut para ulama dan ahli tafsir hadist, saat itu beberapa oknum yang memang sangat membenci Nabi seolah mengolok-ngolok pengakuan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis dengan mengendarai al-Buraq dengan ditemani oleh Malaikat Jibril. Dalam perjalanan tersebut, Nabi sempat menunaikan shalat.
Beliau dikisahkan naik ke langit dunia bertemu dengan para Nabi terdahulu. Tak hanya itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sempat mengimami shalat para Nabi sekaligus menerima perintah shalat fardu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sebanyak lima puluh waktu. Namun, Nabi Musa Alaihisalam menganjurkan beliau untuk meminta keringanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setelah melewati banyak pertimbangan, akhirnya Allah mengabulkan keringanan shalat fardu hingga menjadi lima waktu saja dan tak ada lagi perubahan yang terjadi pada perintah tersebut.
Namun, pada saat itu kaum kafir Quraisy mendustakan perjalanan spiritual yang dialami Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menganggap Nabi berbohong karena tidak percaya bahwa beliau dapat melakukan perjalanan dari Masjidil Haram (Mekah) ke Baitul Maqdis (Palestina) hanya dalam waktu semalaman saja. Di zaman dahulu, perjalanan tersebut hanya dapat diraih dengan memakan waktu dua bulan lamanya untuk pergi dan kembali. Merasakan kejanggalan tersebut, akhirnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dipertanyakan tentang kondisi Baitul Maqdis yang dikunjunginya. Perjalanan tersebut sejatinya hanyalah sebuah persinggahan.
Bahkan ada hal lain yang seharusnya lebih membutuhkan perhatian Nabi. Maka dari itu, beliau sejatinya tidak dapat mengingat dengan jelas bagaimana kondisi Baitul Maqdis. Namun, dengan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala seketika Nabi diperlihatkan di hadapannya bagaimana penampakan Baitul Maqdis. Maka beliau pun mulai menceritakannya kepada kaum kafir Quraisy yang mendustakan perjalanan suci tersebut. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan begitu percaya diri dan sangat mendetail menceritakan seluruh keadaan Baitul Maqdis dengan sangat lancar. Di saat yang bersamaan pun akhirnya para kafir Quraisy tersebut memercayai peristiwa Isra’ Mikraj.