I’tikaf merupakan salah satu cara terbaik untuk mendapatkan kemuliaan bulan suci Ramadhan. Selain merupakan bentuk pendekatan diri pada Allah SWT, ibadah sunnah ini juga memiliki beragam keutamaan yang tak dimiliki jika kita melakukannya di bulan lain. Setidaknya terdapat 3 keutamaan mendasar yang mungkin kita dapatkan jika melakukan I’tikaf di 10 hari terakhir bulan suci.
Berkesempatan menggapai malam Lailatul Qadar
Sejatinya bentuk upaya Rasulullah Muhammad SAW demi mendapatkan kemuliaan malam Lailatul Qadar adalah dengan menghidupkan malam seutuhnya untuk beribadah. Di sisi yang sama, I’tikaf memungkinkan kita untuk berdiam diri dalam masjid dan melakukan segala macam bentuk ibadah yang dicintai oleh Allah SWT.
Dapat disimpulkan bahwa I’tikaf membuka peluang besar bagi kita untuk memeroleh kesempatan menggapai malam Lalilatul Qadar. Sebagaimana suatu dalam suatu hadist diketahui:
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwasanya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beritikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau di wafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beritikaf setelah beliau wafat. Muttafaqun ‘alaih.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kekhusyukan beribadah membuka peluang terhapusnya dosa
I’tikaf memungkinkan kita untuk dapat berdiam diri di masjid. Kondisi ini sejatinya hanya dapat dimanfaatkan oleh seseorang untuk benar – benar melakukan ibadah dengan perasaan mendalam. Bahkan ibadah yang dilakukan secara khusyu’ dapat membuka peluang untuk diampuninya dosa – dosa dan dihapuskannya kesalahan – kesalahan masa lampau. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seorang Muslim mendapati shalat wajib, kemudian dia menyempurnakan wudhu`, khusyu’ dan ruku’nya, kecuali akan menjadi penghapus bagi dosa-dosanya yang telah lalu, selama tidak melakukan dosa besar; dan ini untuk sepanjang masa.” [HR Muslim]
Mengikuti anjuran Rasulullah Muhammad SAW
Rasulullah Muhammad SAW semasa hidupnya selalu meluangkan waktu untuk melakukan I’tikaf di masjid khususnya pada 10 hari terakhir Ramadhan. Bahkan tepat di Ramadhan terakhir sebelum beliau meninggal, I’tikaf yang dilakukan pun mencapai 20 hari. Barang siapa yang mengikuti anjurannya termasuk ke dalam golongan umat yang taat.
“Abdullah bin Umar berkata bahwa Rasulullah SAW i’tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR Bukhari)