Menjadi pemimpin dalam suatu kelompok sejatinya merupakan pekerjaan yang berat. Bagaimana tidak? Seorang pemimpin dituntut untuk dapat mengarahkan sekaligus mengambil keputusan penting yang sebaiknya memberikan hasil terbaik bagi orang-orang yang dipimpimnya. Dalam ajaran agama Islam, pemimpin adalah tugas yang masuk dalam katagori sebuah amanah. Tepat sekali, pemimpin adalah amanah yang akan dimintai tanggung jawab di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka dari itu, seorang pemimpin hendaknya harus dapat selalu melakukan hal yang paling baik yang bisa dilakukan mereka. Bukan tanpa alasan, pasalnya pemimpin-pemimpin yang melenceng dari syariat Islam dikahawatirkan termasuk dalam salah satu golongan yang sangat dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Empat golongan yang Allah Azza wa Jalla membenci mereka; “Penjual yang suka bersumpah, orang fakir yang sombong, orang tua renta yang berzina, dan pemimpin yang durjana.” (HR. An-Nasa’i no. 2529)
Hadist di atas menjelaskan tentang golongan orang-orang yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Salah satunya adalah pemimpin yang kerap berbuat kejahatan. Ajaran agama Islam memandang seorang pemimpin sebagai orang yang dimuliakan. Mereka tak hanya memiliki wewenang untuk memimpin saja tapi juga bertanggung jawab atas kemaslahatan orang-orang yang dipimpinnya. Maka dari itu, setiap pemimpin hendaknya harus berhati-hati dalam membuat keputusan.
Orang-orang yang diberi wewenang ini juga sebaiknya selalu berupaya menjaga kepercayaan yang diberikan. Bukan tanpa alasan, pasalnya amanah tersebut kelak akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah Ta’ala. Hindari melakukan hal yang berseberangan dengan syariat Islam seperti menipu, korupsi, menindas orang yang dipimpinnya, hingga merugikan bawahannya. Oleh karena itu, hendaknya seorang pemimpin harus selalu memohon petunjuk kepada Allah sekaligus perlindungan dari godaan setan yang terkutuk.