Menuntut ilmu bukan saja merupakan pilihan bagi seseorang. Hal ini sejatinya juga merupakan bagian dari perkara yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam Islam, orang yang menuntut ilmu dipandang sangat mulia dan memiliki banyak keutamaan. Bahkan mereka dianggap lebib utama ketimbang ahli ibadah dan sedekah. Bukan tanpa sebab, pasalnya ilmu yang bermanfaat dapat mengalirkan pahala secara berkepanjangan meski orang tersebut telah wafat. Tidak hanya itu, sejatinya ada keistimewaan lain dari orang-orang yang menuntut ilmu.
Hal ini sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang kedatangan ajal dan dia sedang menuntut ilmu, maka ia akan bertemu Allah (dengan derajat tinggi) di mana tidak ada lagi jarak antara dia dan para nabi melainkan satu derajat kenabian.” (HR. Tabrani)
Hadist di atas menjelaskan tentang keutamaan menuntut ilmu bagi umat Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya berpesan bahwa orang yang tengah menuntut ilmu lalu ia menemukan ajal saat tengah melakukannya maka ia akan bertemu Allah Subhanahu wa Ta’ala di akhirat kelak. Tak tanggung-tanggung, orang yang meninggal saat sedang menuntut ilmu pun berhak diangkat derajatnya di akhirat kelak setara dengan satu derajat kenabian. Menuntut ilmu saat ini mungkin terdengar kurang menarik bagi kebanyakan orang.
Bukan tanpa sebab, pasalnya kini banyak diantara umat manusia yang dapat mencari nafkah meski tak memiliki ilmu. Ya, mereka adalah orang yang memilih jalan pintas untuk mendapatkan rejeki meski sejatinya tidak memiliki latar belakang pendidikan sekali pun. Meski pun saat ini mencari nafkah terlihat tak membutuhkan latar belakang ilmu lagi, umat Islam tetap perlu mengedepankan ilmu yang bermanfaat. Tujuannya adalah agar kita tidak mudah melakukan kesalahan dalam memilih perkara yang baik atau yang buruk bagi diri kita.