Bukti Adanya Keimanan dalam Hati Ditandai 3 Hal Ini

Ketaatan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala sejatinya merupakan bukti dari adanya keimanan dalam hati seseorang. Tidak jarang, kita juga dapat melihat bukti tersebut dari cara seseorang menjalani kehidupan dan ibadahnya. Namun, ketaatan dalam melaksanakan ibadah bukanlah satu-satunya tanda dari keimanan. Seseorang yang meyakini keberadaan dan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan selalu mencerminkan bukti ketaatannya dari sikap yang dilakukannya sehari-hari.

Hal ini sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Iman itu lebih dari 70 atau 60 cabang, cabang iman tertinggi adalah mengucapkan ‘La ilaha illallah’, dan yang terendah adalah membuang gangguan dari jalan, dan rasa malu merupakan sebagian dari iman.” (HR. Muslim)

Hadist di atas menjelaskan tentang beberapa tanda dari adanya keimanan dalam diri seseorang. Terkait hal ini, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa keimanan tertinggi adalah pelafalan serta penanaman makna kalimat ‘La ilaha illallah’ di mulut dan hati seseorang. Tanda keimanan ini memang jarang sekali terlihat karena berkaitan dengan keyakinan dan penetapan hati terhadap kekuasaan dan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika seseorang telah benar-benar meyakini adanya Allah dalam hidupnya, maka ia secara tidak langsung akan selalu mengingat Allah dengan kalimat dzikir tersebut.

Tidak hanya itu, adanya keimanan dalam hati seseorang juga ditandai dengan kebiasaannya dalam berbuat kebaikan. Salah satu contoh perbuatan baik paling ringan yang disebutkan Rasulullah adalah membuang gangguan di jalan. Hal ini mungkin saja terbilang mudah dilakukan namun tidak semua orang berkeinginan melakukannya. Bukan tanpa sebab, pasalnya hal tersebut sama sekali tidak memberikan keuntungan bagi kita secara lahiriah di dunia. Hal ini lantaran manfaat yang diterima ditujukan untuk orang lain. Sebaliknya, Allah Ta’ala justru melihat hal ini sebagai perkara utama karena kerelaan dalam mengurangi kesulitan orang lain.

Sementara itu, tanda keimanan yang terakhir adalah rasa malu yang terdapat dalam diri seseorang. Meski kita sejatinya sama-sama manusia, namun tak semua orang memiliki kesamaan sifat. Memelihara sifat malu dalam ajaran agama Islam sangat dianjurkan. Dengan adanya sifat ini dalam diri seseorang dapat menyelamatkan ia dari berbagai hal yang mendatangkan mudharat. Sifat malu menghindari diri kita dari perbuatan ghibah, maksiat, dan seluruh aktivitas tak bermanfaat lainnya. Dengan memelihara sifat malu juga diharapkan kita bisa mendapatkan kehidupan dunia dan akhirat yang selamat.