Berbaik Sangka Tanda Sempurnanya Ibadah Seseorang

Ibadah sering kali menjadi tolak ukur dari kesolehan seseorang. Penilaian ini adalah hal yang kebanyakan dilakukan oleh manusia. Ya, sebagian besar di antara kita menganggap bahwa orang-orang yang gencar melakukan ibadah adalah sebaik-baiknya seorang Muslim. Namun, sejatinya tak ada satu pun di antara kita yang sempurna bahkan jika hanya dilihat dari aktifitas ibadahnya saja. Ibadah tidak menentukan kebaikan dan kesempurnaan diri seseorang.

Bukan tanpa alasan, pasalnya pribadi yang baik lahir dari kerja sama antara hati dan pikiran manusia. Ibadah sejatinya adalah kewajiban setiap kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun, hubungan kita tak hanya sekedar pada Allah semata. Kita juga memiliki hubungan yang erat dengan sesama manusia di mana terdapat peluang besar untuk meraih pahala atau bahkan dosa. Maka dari itu, ibadah seseorang tidak dianggap sempurna tanpa adanya akhlak yang baik.

Dari Abu Hurairah -Nashr berkata; yaitu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda,

Berbaik sangka merupakan (pertanda) baiknya ibadah.” (HR. Abu Dawud no. 4341)

Hadist di atas menjelaskan tentang tanda kesempurnaan ibadah yang dilakukan oleh seseorang. Ya, Rasulullah mengisyaratkan bahwa kebaikan diri seseorang tak dapat dilihat hanya dari kebiasaan atau rutinitas beribadahnya saja. Ibadah yang sempurna haruslah dibarengi dengan hati yang selalu berbaik sangka. Bukan tanpa alasan, pasalnya ibadah yang dilakukan dengan tepat seharusnya mampu melembutkan hati manusia. Kelembutan hati ini dapat dinilai dari cara mereka memandang sesuatu.

Cara pandang terhadap Allah Ta’ala dan juga sesama manusia yang baik adalah tanda sempurnanya ibadah seseorang. Dengan berbaik sangka, seseorang akan dengan mudah menerima kenyataan. Tidak hanya itu, kemampuan ini juga dapat membantu kita untuk bisa menerapkan sifat ikhlas dan qanaah terhadap segala kenyataan dan keadaan yang dihadapi. Maka dari itu, orang yang ibadahnya sempurna tidak akan pernah menyalahkan orang lain atau bahkan Allah terhadap keadaan yang dialaminya.