Menjalankan puasa di bulan Ramadhan mungkin saja bukan lagi merupakan hal yang bersifat menantang bagi umat Islam. Pasalnya, ibadah ini merupakan kewajiban kaum Muslimin terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dalamnya, terdapat makna tentang ketaatan hamba pada Rabb-nya. Ketaatan tersebut dibuktikan melalui kerelaan mereka dalam meninggalkan syahwat dan makanan.
Maka dari itu, balasan bagi orang yang menjalankan puasa akan dilipat-gandakan dan diterima langsung dari Allah. Hal ini sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah Shallalahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya) “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku.” (HR. Muslim)
Hadist diatas menjelaskan tentang keutamaan puasa. Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman bahwasanya puasa adalah ibadah yang khusus dilakukan umat Islam hanya untuk diri-Nya. Bagaimana tidak? Hal ini dikarenakan ketika menjalankan puasa, seseorang tidak memiliki peluang untuk bersifat riya’. Puasa adalah ibadah yang tidak dapat dipamerkan karena maknanya lebih mendeskripsikan tentang ketaatan seseorang untuk menahan lapar dan syahwat yang dirasakannya.
Sejatinya lapar dan syahwat bukanlah sifat Allah Ta’ala. Maka, bagi siapa saja yang ikhlas meninggalkan kedua perasaan tersebut mengandung makna bahwa mereka telah semakin mendekati sifat Allah. Sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala tentu saja begitu agung dan jarang sekali ada hamba yang mampu mencapainya. Dibutuhkan keyakinan dan keteguhan hati dalam menjalankannya. Inilah alasan mengapa ibadah puasa seseorang di bulan Ramadhan akan langsung dibalas oleh Allah.