Bersusah payah mengumpulkan pahala, tanpa disangka hilang seketika. Tepat sekali, begitulah nasib dari orang yang gemar berburuk sangka pada sesama. Hal tersebut sejatinya tergolong dalam salah satu penggugur nilai amal kebaikan. Bagaimana tidak? Allah Subhanahu wa Ta’ala bahkan telah memperingatkan hamba-Nya untuk tidak memelihara sikap buruk ini. Sebagaimana dalam al-Qur’an, Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka buruk (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka buruk itu dosa….” (QS. al-Hujurat: 12)
Prasangka buruk sering juga kita kenal dengan istilah su’udzon. Tanpa disadari, perilaku tidak terpuji ini memang kerap kali menjadi bagian dari kehidupan kita. Sayangnya, hal tersebut justru tidak memberikan sedikit pun manfaat. Berburuk sangka memungkinkan seseorang untuk memandang sisi negatif dari orang lain. Kondisi ini kelak berpeluang tinggi menjadi awal dari timbulnya upaya ghibah antar sesama. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai hamba-Nya yang menjadi pelopor dari perbuatan ini.
Bukan tanpa alasan, pasalnya su’udzon yang berakhir pada pergunjingan mampu membuka lebar kesempatan datangnya perselisihan. Hal inilah yang sejatinya dibenci oleh Allah. Perselisihan ini tentu akan sangat sulit untuk dihentikan. Kondisi tersebut terjadi akibat telah tersebarnya berita buruk tentang orang lain yang membuat kesalahpahaman semakin meluas. Alhasil, alih-alih menjadi umat yang saling tolong menolong, kebiasaan su’udzon justru menjadi alasan seseorang saling menyalahkan satu sama lain di akhirat kelak. Naudzubillah min zalik.