Alasan Mengapa Umat Islam Dianjurkan Berprasangkan Baik pada Allah

Manusia sejatinya tidak pernah luput dari dosa. Baik yang kecil atau pun besar, manusia memang tempatnya salah dan khilaf. Hal ini sudah seharusnya membuat kita menjadi lebih banyak memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tak peduli seberapa ukuran dosa, umat Islam dianjurkan untuk tetap memohon ampun pada Allah. Sebaliknya, kita dilarang untuk berpasrah diri terhadap perbuatan maksiat yang telah terlanjur dilakukan. Hendaknya umat Islam harus dapat bangkit untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan sampai godaan setan membuat kita berprasangka buruk terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bukan tanpa alasan, pasalnya hal tersebut sejatinya dapat menjadi doa bagi diri kita sendiri. Ya, sebagaimana diketahui dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]

Hadist di atas menjelaskan tentang firman Allah Subhanahu wa Ta’ala terkait pemikiran seorang hamba terhadap diri-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa prasangka kita menentukan bagaimana Allah bertindak dalam hidup kita. Jika kita berprasangka baik terhadap-Nya, maka Allah Ta’ala pun juga akan menurunkan kebaikan dalam hidup kita. Sebaliknya, jika kita berprasangka buruk terhadap-Nya, Allah juga akan menurunkan keburukan sesuai dengan hal yang kita pikirkan.

Maka dari itu, umat Islam amat dianjurkan untuk dapat senantiasa berhuznudzon kepada Allah. Hal ini sejatinya juga mengandung arti bahwa pemikiran kita terhadap Allah Ta’ala adalah doa atau harapan yang kita inginkan terjadi dalam hidup kita. Jika menginginkan kebaikan, maka berprasangka baiklah terhadap-Nya dengan senantiasa meyakini dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sebaliknya, jika kita terlanjur berburuk sangka kepada-Nya maka sangkaan kita tersebut akan menjadi kenyataan, naudzubillah min zalik.