Tanda Sederhana Ini Menunjukkan Adanya Kebakhilan dalam Diri Seseorang

Demi mencapai suatu keinginan atau harapan, nadzar menjadi salah satu hal yang diyakini kaum Muslimin dan Muslimat sebagai cara ‘praktis’ untuk segera mendapatkannya. Bukan tanpa sebab, pasalnya sering kali nadzar menyertakan janji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk melakukan sesuatu kebaikan sebagai ganti dari dikabulkannya permohonan. Meski sejatinya tidak dilarang atau pun dianjurkan, sayangnya tak banyak yang mengetahui bahwa sejatinya nadzar sendiri tidak bisa menyegerakan sesuatu atau mengundurkannya. Hal ini lantaran nadzar sendiri kerap kali dianggap sebagai tanda dari adanya kebakhilan dalam diri seseorang yang melakukannya. Dari Ibnu ‘Umar radliyallahu ‘anhu ia berkata bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

Nadzar itu tidak bisa menyegerakan sesuatu dan tidak bisa mengundurkannya. Sesungguhnya dengan nadzar itu dikeluarkan sesuatu dari orang yang bakhil”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1261]

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabat dan umatnya, beliau menyampaikan bahwa pada dasarnya Allah tidak mengabulkan permohonan hamba-Nya atas dasar nadzar yang diucapkannya. Bukan tanpa alasan, pasalnya permohonan yang dikabulkan terjadi lantaran Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menghendakinya. Janji yang terucap di balik nadzar seseorang bahkan tidak dapat menjamin segera terkabulkannya doa baik terkait perkara yang diinginkan atau justru hendak diundurkan. Namun, satu hal yang perlu dipahami bahwa nadzar sejatinya merupakan tanda kekikiran yang tertanam dalam hati seseorang. Kita mengetahui bahwa nadzar adalah janji yang akan ditepati oleh pelakunya jika permohonannya terkabul. Sementara, jika ia tidak mendapati hal yang diinginkannya maka ia tidak akan mewujudkan janji tersebut.

Hal ini menandakan bahwa di balik nadzar sendiri terdapat kebakhilan atau kekikiran seseorang karena menahan sesuatu yang baik untuk dilakukan atau diberikan pada orang lain. Meski tidak dilarang, alangkah baiknya jika kita menghindari nadzar. Terutama jika pada kenyataannya diri kita tidak mampu untuk memenuhi janji tersebut. Maka, hal ini akan dianggap sebagai hutang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai kita benar-benar dapat memenuhinya. Sebaliknya, perkaya diri kita dengan berbagai kebaikan yang mampu kita lakukan. Tak peduli apakah Allah akan membalasnya atau tidak, penting bagi kita untuk senantiasa memperbanyak amal saleh sebagai bekal menuju akhirat. Semoga dengan upaya baik kita ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan selalu mengaruniai hidup kita dengan berbagai keberkahan dan kebahagiaan yang sesuai dengan setiap amal perbuatan yang kita lakukan.