Menghias Masa Golden Age Buah Hati dengan Melatih Mereka Memelihara Kekayaan Hati

Golden Age adalah masa bermain terbaik yang menjadi hak setiap anak-anak. Di waktu tersebut, mereka juga tengah mengenal dunia melalui orang-orang terdekatnya mulai dari orang tua, kakek dan nenek, om dan tante, hingga teman-teman sebayanya. Golden Age pun dianggap sebagai masa terbaik untuk memberikan pendidikan dasar bagi buah hati yang berkaitan dengan keyakinan juga cara menjalani kehidupan. Selain ilmu tauhid, anak-anak juga perlu memahami kehidupan sekitarnya agar kelak tidak mudah salah arah. Salah satu di antara banyak bekal kehidupan yang perlu dipahami buah hati kita adalah perkara utama yang paling penting untuk dimiliki selain berbagai nikmat dunia yakni hati.

Sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kaya hati.” (Shahih Bukhari 5965)

Ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada sahabat dan umatnya tidak pernah terlepas dari upaya untuk menjadi mukmin yang baik. Hal ini sejatinya merupakan modal utama yang patut diupayakan seseorang agar dapat menjalani kehidupan sesuai dengan syariat Islam. Tak hanya itu, mukmin yang baik juga tidak pernah memandang seseorang atau sebuah hubungan dari keindahan nikmat duniawi semata yang diperoleh. Umat Islam sudah sepatutnya memahami bahwa kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati bukan banyaknya harta. Hati yang kaya akan mudah merasa qanaah yaitu menerima ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tak hanya itu, hati yang kaya juga akan lebih mudah menjalin hubungan pertemanan dengan siapa saja.

Hal tersebut dapat terjadi lantaran tujuan utama dari menjalin hubungan adalah memeroleh kebaikan akhirat bersama bukan nikmat duniawi semata. Maka dari itu, hati yang kaya akan rasa syukur pada Allah dan juga cinta kasih pada sesama, akan mempermudah seseorang dalam menjalani kehidupan yang tepat. Konsep ini juga semestinya dipahami oleh anak-anak sedini mungkin. Selain menghindari diri mereka dari menilai kawan melalui kekayaan yang dimilikinya, kekayaan hati juga menghantarkan seseorang menjadi pribadi yang lebih mudah memaafkan. Keadaan ini pada akhirnya dapat memberikan dampak signifikan pada kehidupannya yakni agar tidak mudah merasa sedih dan kecewa.