Keyakinan hati terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala sejatinya tak dapat digambarkan dengan kata-kata. Perbuatan hingga kebiasaan yang dilakukan manusia pun kadang kala masih menipu mata kita tentang keimanan yang tertanam dalam hati nya. Memang, iman adalah perkara abstrak yang hanya Allah Ta’ala saja yang mampu dan berhak menilainya. Untuk mendapatkan rahmat dan berkah-Nya, manusia hanya perlu menjaga imannya.
Sejatinya, menjaga iman memang bukan perkara mudah. Namun, bukan berarti kita tidak bisa berusaha. Ada banyak langkah yang bisa kita lakukan. Salah satunya adalah dengan membiasakan diri bersikap sederhana serta jauh dari sifat sombong. Dari Abdullah bin Abu Umamah Al Haritsi dari Ayahnya dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Kelusuhan itu bagian dari Iman.” Abu Umamah berkata, “lusuh maksudnya adalah sederhana dalam berpakaian (tidak sombong).” (HR. Ibnu Majah no. 4108)
Kesederhanaan adalah cerminan dari keimanan seseorang. Sederhana menjauhkan diri kita dari sifat sombong. Sebagaimana kita tahu, hanya Allah Ta’ala saja yang berhak memiliki sifat sombong. Dengan merendahkan hati melalui cara kita menjalankan hidup menjadi salah satu langkah utama menjaga keimanan. Tidak hanya itu, upaya kedua yang bisa kita lakukan adalah memelihara sifat malu.
Sari Abu Hurairah ia berkata; bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Iman itu ada enam puluh sembilan, atau tujuh puluh pintu. Yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalanan, dan yang paling tinggi adalah ucapan Laa Ilaaha Illallah (tidak ada tuhan selain Allah). Sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Ibnu Majah no. 56)
Hadist di atas menjelaskan tentang gambaran seseorang yang memelihara keimanan. Memelihara sifat malu termasuk dalam bagian keimanan. Bagaimana tidak? Dengan sifat ini kita berkesempatan untuk dapat menjaga diri dari segala hal yang dilarang oleh Allah. Sementara, langkah lainnya yang bisa kita lakukan untuk menjaga keimanan dalam hati adalah berusaha untuk menjadi pihak yang gemar menebarkan salam.
Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian suatu amalan jika kalian amalkan maka kalian akan saling mencintai? sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Ibnu Majah no. 67)
Keimanan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala dapat tercerminkan melalui perbuatan kita. Salah satunya adalah kerelaan untuk saling mencintai antar sesama. Namun, hal ini tak bisa dilakukan begitu saja tanpa adanya upaya. Maka, sebaik-baiknya upaya bahi umat Islam untuk dapat saling mencintai adalah dengan senantiasa menebarkan salam. Salam memungkinkan kita untuk dapat membina hubungan baik dengan orang lain. Salam juga bagian dari aktifitas sedekah.