Manusia mungkin saja mengalami banyak hal dalam hidup mereka. Ada yang menyenangkan namun ada juga yang mengukir kesedihan. Meski pun demikian, sejatinya segala hal yang terjadi dalam hidup kita tentu saja merupakan buah dari campur tangan Yang Maha Kuasa. Oleh karenanya, umat Islam dianjurkan untuk dapat senantiasa memandang positif setiap kisah yang harus dilalui mereka. Sayangnya, beberapa orang kerap kali tidak siap apa bila kisah tersebut berujung pada kegagalan. Namun, penting bagi kita untuk tetap memercayai perkara yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bukan tanpa sebab, pasalnya hal ini merupakan tanda bahwa Allah masih menaruh rasa terhadap diri kita. Sebaliknya, kita perlu waspada apa bila ada perubahan tiba-tiba yang kita rasakan dan tentunya mengindikasikan hal yang tak pernah kita bayangkan. Sebagaimana Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi rahimahullah pernah ditanya, “Bagaimanakah tanda seseorang ditelantarkan (tidak ditolong oleh Allah)?” Lantas beliau pun menjawab,
“Tandanya adalah dia menganggap buruk sesuatu yang dulu dia yakini baik, dan menganggap baik sesuatu yang dulu dia anggap jelek.” – Hilyatul Aulia’ (3/2 14)
Sering kali kita menganggap bahwa situasi yang kita alami saat ini adalah balasan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hal yang kita lakukan di masa lampau. Meski sejatinya seluruh perkara adalah cerminan dari sebab akibat, namun Allah Yang Maha Penyayang tidak pernah benar-benar meninggalkan hamba-Nya. Meski pun demikian, bukan berarti Allah tidak bisa bertindak lebih lanjut terhadap kesalahan yang telah kita lakukan. Allah Subhanahu wa Ta’ala mungkin tidak akan menurunkan azab tapi Dia mampu begitu saja menelantarkan hamba-Nya yang juga dengan mudah berpaling dari-Nya.
Hal ini dapat terlihat dari perubahan sikap yang dialami manusia. Salah satunya adalah ketika seseorang telah merasa buruk terhadap hal yang diyakini baik selama ini atau justru sebaliknya. Ya, tentu saja keyakinan yang ada dalam hati kita tidak pernah dapat memungkiri bahwa terdapat hal benar di dalamnya. Namun, jika kita sudah mulai meragukan kebenaran tersebut maka waspadalah bahwa hal ini adalah tanda di mana Allah Ta’ala sudah mulai ‘gerah’ yang tentunya mengindikasikan minimnya kepedulian terhadap hamba-Nya. Jika kepedulian Allah berkurang maka hidup seseorang sering kali dikelilingi dengan kemudahan.
Hal ini sejatinya bukanlah cerminan dari keberkahan melainkan peringatan akan datangnya ujian atau cobaan. Maka dari itu, umat Islam dianjurkan untuk tidak mudah terkecoh pada kenikmatan. Sebaliknya, kita harus waspada agar tidak terjerumus pada keinginan untuk menumpuk kenikmatan tersebut yang dapat melunturkan ketaatan dan keyakinan kita pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya, tetaplah teguh pada pendirian hidup yang kita yakini baik dengan senantiasa memohon bimbingan pada Allah. Hindari segala perkara yang mampu merusak kebaikan hati Allah Ta’ala pada diri dan hidup kita juga dengan selalu berusaha menjaga ketakwaan.