Trik Anti Emosi Saat Hadapi Caci Maki

Kehidupan sosial manusia kadang-kadang menghadirkan hal yang tak terduga. Di samping besarnya kemungkinan untuk bisa mempererat hubungan, sikap egois alami yang terdapat dalam diri manusia kerap kali menjadi alasan dari munculnya pertentangan. Hal ini pada akhirnya menjadi sebab utama dari timbulnya persaingan. Namun, beberapa orang kadang kala tidak mampu untuk mengendalikan perasaan sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan perselisihan. Sayangnya, tidak semua orang memiliki kemampuan yang baik dalam menghadapi situasi ini. Bahkan, beberapa di antaranya justru memilih langkah yang tak pantas dilakukan hanya untuk memenangkan keadaan. Fitnah yang keji hingga caci maki menjadi cara yang dipilih untuk berkomunikasi.

Pada kenyataannya, hal tersebut bukanlah cara yang dibenarkan dalam ajaran agama Islam. Namun, jika kita terjebak dalam situasi ini, tentu saja niat untuk melakukan tindakan yang sama kemungkinan timbul begitu saja. Walau sulit ditahan, umat Islam dianjurkan agar dapat mengontrol diri. Bahkan, andai kata kita menjadi pihak yang harus menerima maki dari orang lain, menyikapinya dengan lapang dada adalah cara terbaik yang dianjurkan. Sebuah keuntungan bagi umat Islam bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menghadirkan ganjaran luar biasa pada hamba-Nya tersebut. Hal ini sesuai dengan pengalaman al-Imam Amir bin Syarahil asy-Syabi rahimahullah bahwa suatu waktu ada seseorang yang mencaci maki dirinya. Beliau lantas berkata,

Jika engkau benar, semoga Allah mengampuni diriku. Namun, jika engkau tidak benar, semoga Allah mengampuni dirimu.” (A-Aqdul Farid, jilid 2, hlm. 276)

Caci maki mungkin terdengar sangat menyakitkan di telinga kita. Namun, jika kita berpikiran terbuka hal tersebut sejatinya bisa menjadi jalan yang ditentukan oleh Allah agar kita sesegera mungkin introspeksi diri. Dengan memandang positif caci maki diharapkan kita dapat mencapai perubahan yang lebih bermanfaat bagi hidup kita ke depannya. Sebaliknya, jikalau kita merasa semua perkataan buruk tersebut tidak sesuai dengan diri kita, maka tak perlu marah. Tentu saja, kita memahami dengan baik siapa diri kita atau hal apa yang kita lakukan. Oleh karenanya, anggap semua cacian hanya fitnah belaka yang akan mendatangkan keburukan bagi yang menebarnya sementara kita tetap fokus pada tujuan dan cita-cita agar dapat cepat tercapai seluruhnya.

Namun, tentu saja memandang positif caci maki bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Tapi, al-Imam Amir bin Syarahil asy-Syabi rahimahullah memiliki trik luar biasa dalam hal ini. Beliau, tatkala ada yang mencacinya tidak menampilkan kemarahan sama sekali. Sebaliknya, al-Imam Amir bin Syarahil asy-Syabi rahimahullah justru membalasnya dengan doa dan harapan agar Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni orang yang menebar cacian. Bukan tanpa alasan, pasalnya segala sesuatu hal buruk yang dilakukan orang lain terhadap kita hanya Allah yang mengetahui niat di baliknya. Maka kembalikan semuanya hanya pada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan harapan agar kita dapat memeroleh ampunan dan kesabaran sementara orang tersebut dapat menghentikan fitnah yang timbul terhadap diri kita.